Monday, November 16, 2009

SHARE AND BE HAPPY

Take and Give, itulah kata yang sering kita dengar. Namun sekarang telah terjadi pergeseran, sejak dengan memberi kita akan mendapatkan kebahagiaan maka istilahnya menjadi Give and Take. Kita semua ini harus berbagi agar mendapat kesejahteraan bagi semua umat. Namun semangat berbagi memang masih harus diperjuangkan.
Berikut adalah ilustrasi cerita, yang dengannya kita bisa terinspirasi dan termotivasi untuk berbagi.
Adi adalah seorang anak SD kelas lima. Dia selalu membawa bekal ke sekolah. Setiap hari Adi selalu datang pagi sekali. Teman – temannya pun belum ada yang datang. Suatu hari saat jam istrahat tiba, Adi terkejut melihat bekal yang dibawanya dari rumah berkurang separuh.

Dia pun bertanya dalam hati, siapa kiranya yang mengambil separuh bekalnya. Ketika pulang sekolah, Adi langsung mengklarifikasi mengenai bekalnya yang hilang separuh itu kepada ibunya. Lalu Ibu Adi berkata bahwa beliau tidak pernah kurang menyiapkan bekal Adi.

Seminggu kemudian, saat kembali ke kelas, Adi terkejut melihat penjaga sekolah mengendap ke kelas Adi dan mengambil sepotong bekalnya. Setelah mengambil bekalnya, penjaga itu pun keluar dengan raut wajah tertekan dan murung. Sepulangnya dari sekolah, Adi bercerita kepada Ibunya bahwa penjaga sekolahlah yang mengambil bekalnya. Adi lalu menceritakan niatnya untuk mengadukan kepada Wali Kelas dan Kepala Sekolah, tapi Adi ragu karena kasihan juga dengan penjaga sekolah itu jika saja dia nantinya dihukum dan dikeluarkan dari sekolah.

Tapi bagaimanapun, mengambil bekal tanpa ijin itu salah, walaupun dia baik. Ibunya lalu menyarankan agar Adi tidak melaporkan dulu masalah ini ke Kepala Sekolah, karena dia kenal baik dengan keluarga penjaga sekolah itu. Paling tidak ketika mengambil bekalnya, toh dia mengambil hanya setengah dan setengahnya lagi tetap ditinggalkan agar Adi tidak kelaparan. Ibunya kemudian mengambil jalan tengah dengan memberikan bekal dua kali lebih banyak kepada Adi. Dan nantinya Adi harus memberikannya kepada penjaga sekolah itu.

Ibu Adi menekankan agar Adi tidak menegur atas perbuatan penjaga sekolah itu, hanya berikan saja bekal itu dan lihat reaksinya. Keesokan harinya, Adi memberikan bungkus bekal itu kepada penjaga sekolah dan melakukan tepat seperti apa yang ibunya sarankan. Ketika menerima itu, Penjaga Sekolah terkejut sesaat, wajahnya pucat dan takjub. Dengan tangan gemetar diterimanya bingkisan itu, tampak matanya berkaca – kaca. Dan sambil berkata terbata, dia pun mengaku bahwa dialah yang mengambil setengah jatah bekal Adi.

Penjaga itu menyesal dan merasa bersalah. Lalu dia menerangkan alasan dia mengambil bekal Adi. Saat itu anaknya sakit dan anaknya membutuhkan makanan, sementara dia tidak punya uang. Uang yang ada digunakan untuk biaya melahirkan istrinya. Penjaga sekolah itu juga berterima kasih kepada Adi, karena tidak dilaporkan ke Kepala Sekolah. Sekaligus Penjaga Sekolah itu juga menitipkan maaf dan terima kasih kepada Ibu Adi yang telah begitu pengertian dan baik hati, mau memberikan bekal lebih pada hari itu. Setelah memberikan hal itu, Adi mengangguk senang dan meninggalkan Penjaga Sekolah itu sendiri.

Kesalahan walau dengan alasan apapun tidak akan menjadi benar. Mau menyadari, mengakui kesalahan dan meminta maaf adalah suatu kebesaran jiwa. Dan berjanji untuk tidak mengulangi adalah kebijaksanaan tertinggi. Sebaliknya bisa memaafkan orang yang bersalah kepada kita, bahkan rela memberikan bantuan dan menyadarkannya, bukan hanya damai di hati, tetapi sekaligus menunjukkan kita sebagai mahluk ber-Tuhan. Maka jelas sekali dengan berbagi maka kita akan bahagaia. Share and be happy.

Sumber : Smart FM (95,9)

What Do Leaders Do in Difficult Times

Pemimpin adalah mereka yang bisa merangkul anak buah dan memberikan solusi kala terjadi krisis. Karenanya saat orang lain menganggap krisis adalah hambatan dan masalah, seorang Pemimpin menganggap krisis itu sebagai suatu tantangan dan sesuatu yang menggairahkan mereka.
Ketika melihat tantangan, maka Pemimpin akan fokus pada solusi. Karena itu ketenangan harus dimiliki para Pemimpin. Dengan ketenangan maka mereka bisa lebih jelas dalam memikirkan suatu solusi dan mereka berani menanggung resiko.

Berikut adalah tiga hal yang harus dimiliki Leaders :
Leaders See Hope Before Others : Pemimpin mampu melihat titik terang sebelum anak buah mereka. Karena pemimpin adalah orang yang berada di posisi depan maka dialah yang harus menunjukkan jalan bagi anak buahnya. Dengan melihat harapan terlebih dahulu, maka dia akan bisa membimbing para anak buahnya menuju ke tanah harapan itu untuk kemudian melakukan sesuatu.

Leaders Express Hope Before Others : Selain memberitahukan suatu harapan pada masa krisis, Pemimpin juga mampu mengekspresikan harapannya itu. Kegembiraannya, optimismenya dan semangatnya. Karena energi itu menular. Ketika para anak buah itu tertular energi positif maka mereka akan bisa lebih tenang dalam melakukan usaha di masa krisis seperti ini.

Leaders Create Hope Before Others : Sebagai manusia, ketidakpastian sewajarnya dialami, namun ini jangan sampai mempengaruhi ketegasan Pemimpin dalam memutuskan sesuatu. Apapun kondisi yang terjadi berikanlah hal positif dan ketenangan serta ketegasan kepada anak buah.

Sumber : Smart FM (95,9)

Friday, November 13, 2009

Menu : Masakan Lidah

Suatu ketika, ada seorang raja yang akan memilih perdana menteri untuk kerajaannya. Beberapa calon telah diuji, hingga tinggallah satu calon yang dianggapnya paling mumpuni karena memiliki kecerdasan dan sifat bijak. Namun, sebelum raja berketetapan menjadikannya sebagai perdana menteri, raja masih ingin memastikan bahwa pemuda pilihannya tak salah. Karena itu, raja pun memanggil pemuda calon perdana menteri tersebut.

"Wahai pemuda, tahukah kamu masakan yang paling baik di dunia? Dan, tolong masakkan aku makanan terbaik di dunia ini," titah sang raja.

Mendengar perintah tersebut, sang pemuda segera pergi ke pasar. Ia berjalan-jalan keliling di pasar sambil berpikir apa yang terbaik untuk dimasak bagi sang raja. Setelah lama berpikir, akhirnya dia memilih untuk membeli lidah sapi. Sesampai di rumah, dia segera memasak lidah sapi itu menjadi lima jenis sayuran dan segera diantarnya ke istana.

Raja segera menyantap hidangan yang diberikan oleh sang calon perdana menteri. Sembari mencicip, ia pun bertanya, "Masakan ini enak sekali, dibuat dari apakah sayuran ini?"

Sang pemuda pun menjawab, "Paduka yang mulia, sayur ini semuanya saya buat dari lidah sapi."

Raja pun bertanya, bagaimana sang pemuda memutuskan memilih lidah sapi sebagai masakan yang terbaik untuk sang raja. "Dari sekian banyak daging yang mahal, mengapa kamu justru memilih lidah sapi untuk dimasak?"

Sang pemuda pun menjawab, "Di dunia ini, lidah adalah salah satu komponen terpenting dan paling membawa manfaat Baginda. Raja bisa mengucapkan titah dengan lidah. Selain itu, lidah juga bisa mengabarkan hal yang baik-baik serta positif. Hebatnya lagi, dengan lidah kita juga bisa menyadarkan orang yang putus asa, bisa membuat yang kesepian jadi bahagia dan gembira."

Sang raja pun sangat puas dan senang dengan penuturan sang calon perdana menteri. Ungkapan bijak yang diceritakan dengan runtut membuat raja merasa pilihannya tak salah. Namun, sebagai raja yang punya pengalaman sangat luas, raja pun ingin mengujinya lebih lanjut. Maka, raja pun berujar kepada sang calon perdana menteri, "Sungguh, aku kagum dengan pemikiranmu. Namun, aku masih penasaran. Karena itu, kali ini cobalah buatkan aku makanan yang paling buruk di dunia."

Sang pemuda terlihat berpikir keras. Namun, ia lantas tersenyum, seperti menemukan jawaban dari titah tersebut. Maka, keesokan harinya, ia pun pergi ke pasar untuk mencari bahan makanan untuk membuat masakan paling buruk di dunia. Sesampainya di rumah, segeralah dimasaknya bahan tersebut menjadi lima masakan untuk sang raja.

Makanan itu pun segera disuguhkan pada baginda. Namun, saat melihat masakan tersebut, sang raja segera bertanya. "Apa yang kamu lakukan. Mengapa kamu kembali memasak lidah sapi untuk kau suguhkan padaku? Bukankah aku meminta kamu memasak makanan paling buruk di dunia? Sedangkan tempo hari, kamu saat aku minta masakan terbaik, kamu juga memasak lidah. Tapi, sebaliknya, kini kamu juga masak lidah sebagai masakan terburuk?"

Sang pemuda calon perdana menteri pun segera menjelaskan maksudnya, "Baginda yang mulia, di dunia ini lidah sangat berguna dan membawa banyak kebaikan. Namun, pada sisi yang lain, lidah juga bisa membawa keburukan. Lidah bisa membuat kata-kata yang salah, membuat fitnah yang mengadu domba antar manusia. Lidah yang salah akan melahirkan masalah. Lidah yang dipenuhi hal negatif akan membawa pengaruh yang bisa membuat keluarga bahkan negara tak lagi utuh. Karena itu, lidah bisa membawa kebaikan dan sekaligus keburukan. Jika ditujukan untuk kebenaran, akan menghasilkan kebahagiaan. Jika salah digunakan, bisa mendatangkan kenestapaan."

Sang raja pun makin terkagum-kagum dengan pemuda pilihannya itu. Maka, sang raja pun menobatkannya menjadi perdana menteri kerajaan dan si pemuda pun terbukti mampu menjalankan amanah sebagai pemimpin dengan penuh kebijaksanaan.

Netter yang luar biasa,

Lidah memang tak setajam pisau. Namun, dengan lidah, kita bisa membunuh dan melukai. Melalui kalimat yang terucap, dengan untaian kata yang terangkai, jika tak hati-hati dan dilandasi kebijaksanaan, lidah dapat menjadi "pisau" tajam yang menghujam hingga ke relung hati. Teman bisa jadi musuh, relasi bisa jadi tak lagi peduli, persaudaraan pun bisa terpecah belah.

Karena itu, gunakan lidah dengan hati-hati. Biasakan lidah mengucap kata penuh makna. Jadikan lidah penyambung tali saudara. Untai kalimat positif di setiap saat. Sebab, hanya dengan ucapan yang penuh tanggung jawab, kita akan jadi manusia berguna. Tentunya, bukan sekadar ucapan di ujung lidah belaka. Namun, harus pula disertai tindakan yang membawa manfaat nyata.

Mari, hiasi lidah dengan kebaikan, maka hidup akan bertaburkan kebahagiaan.


Sumber : Andrie Wongso ( Motivator Indonesia )

Thursday, November 12, 2009

Point Of View

Beberapa tahun yang silam, seorang pemuda terpelajar dari Semarang sedang
berpergian naik pesawat ke Jakarta. Di sampingnya duduk seorang ibu yang sudah berumur. Si Pemuda menyapa, dan tak lama mereka terlarut dalam obrolan ringan.

"Ibu, ada acara apa pergi ke Jakarta ?" tanya si Pemuda.
"Oh... Saya mau ke Jakarta terus "connecting flight" ke Singapore nengokin anak saya yang ke dua" jawab ibu itu.
"Wouw..... hebat sekali putra ibu”, pemuda itu menyahut dan terdiam
sejenak.

Pemuda itu merenung. Dengan keberanian yang didasari rasa ingin tahu pemuda itu melanjutkan pertanyaannya.

"Kalau saya tidak salah, anak yang di Singapore tadi, putra yang kedua ya
Bu?? Bagaimana dengan adik-adiknya??"
”Oh ya tentu.”

Si Ibu bercerita :
"Anak saya yang ketiga seorang Dokter di Malang, yang keempat Kerja di Perkebunan di Lampung, yang kelima menjadi Arsitek di Jakarta, yang keenam menjadi Kepala Cabang Bank di Purwokerto, yang ke tujuh menjadi Dosen di Semarang."

Pemuda tadi diam, hebat ibu ini, bisa mendidik anak anaknya
dengan sangat baik, dari anak kedua sampai ke tujuh.

"Terus bagaimana dengan anak pertama ibu ??"
Sambil menghela napas panjang, ibu itu menjawab, "Anak saya yang pertama menjadi Petani di Godean Jogja nak. Dia menggarap sawahnya sendiri yang tidak terlalu lebar"
Pemuda itu segera menyahut, "Maaf ya Bu..... kalau ibu agak kecewa ya
dengan anak pertama ibu, adik-adiknya berpendidikan tinggi dan sukses di pekerjaannya, sedang dia menjadi petani "??
Dengan tersenyum ibu itu menjawab, "Ooo ...tidak tidak begitu nak.... Justru saya sangat bangga dengan anak pertama saya, karena dialah yang
membiayai sekolah semua adik-adiknya dari hasil dia bertani"

Today's lesson :

Everybody in the world is a important person.
Open your eyes....
your heart....
your mind....
your point of view....
because we can't make summary before read "the book" completely.

The wise person says...
The more important thing is not WHO YOU ARE

But
WHAT YOU HAVE BEEN DOING

Sumber: Gemintang.com

Sunday, November 8, 2009

Kebiasaan yang diulang.

Di Tiongkok pada zaman dahulu kala, hidup seorang panglima perang yang terkenal karena memiliki keahlian memanah yang tiada tandingannya. Suatu hari, sang panglima ingin memperlihatkan keahliannya memanah kepada rakyat. Lalu diperintahkan kepada prajurit bawahannya agar menyiapkan papan sasaran serta 100 buah anak panah.

Setelah semuanya siap, kemudian Sang Panglima memasuki lapangan dengan penuh percaya diri, lengkap dengan perangkat memanah di tangannya.

Panglima mulai menarik busur dan melepas satu persatu anak panah itu ke arah sasaran. Rakyat bersorak sorai menyaksikan kehebatan anak panah yang melesat! Sungguh luar biasa! Seratus kali anak panah dilepas, 100 anak panah tepat mengenai sasaran.

Dengan wajah berseri-seri penuh kebanggaan, panglima berucap, "Rakyatku, lihatlah panglimamu! Saat ini, keahlian memanahku tidak ada tandingannya. Bagaimana pendapat kalian?"

Di antara kata-kata pujian yang diucapkan oleh banyak orang, tiba-tiba seorang tua penjual minyak menyelutuk, "Panglima memang hebat ! Tetapi, itu hanya keahlian yang didapat dari kebiasaan yang terlatih."

Sontak panglima dan seluruh yang hadir memandang dengan tercengang dan bertanya-tanya, apa maksud perkataan orang tua penjual minyak itu. Tukang minyak menjawab, "Tunggu sebentar!" Sambil beranjak dari tempatnya, dia mengambil sebuah uang koin Tiongkok kuno yang berlubang di tengahnya. Koin itu diletakkan di atas mulut botol guci minyak yang kosong. Dengan penuh keyakinan, si penjual minyak mengambil gayung penuh berisi minyak, dan kemudian menuangkan dari atas melalui lubang kecil di tengah koin tadi sampai botol guci terisi penuh. Hebatnya, tidak ada setetes pun minyak yang mengenai permukaan koin tersebut!

Panglima dan rakyat tercengang. Merela bersorak sorai menyaksikan demonstrasi keahlian si penjual minyak. Dengan penuh kerendahan hati, tukang minyak membungkukkan badan menghormat di hadapan panglima sambil mengucapkan kalimat bijaknya, "Itu hanya keahlian yang didapat dari kebiasaan yang terlatih! Kebiasaan yang diulang terus menerus akan melahirkan keahlian."

Pendengar yang budiman,

Dari cerita tadi, kita bisa mengambil satu hikmah yaitu: betapa luar biasanya kekuatan kebiasaan. Habit is power!

Hasil dari kebiasaan yang terlatih dapat membuat sesuatu yang sulit menjadi mudah dan apa yang tidak mungkin menjadi mungkin.

Demikian pula, untuk memperoleh kesuksesan dalam kehidupan, kita membutuhkan karakter sukses. Dan karakter sukses hanya bisa dibentuk melalui kebiasaan-kebiasaan seperti berpikir positif, antusias, optimis, disiplin, integritas, tanggung jawab, & lain sebagainya.

Mari kita siap melatih, memelihara, dan mengembangkan kebiasaan berpikir sukses dan bermental sukses secara berkesinambungan. Sehingga, karakter sukses yang telah terbentuk akan membawa kita pada puncak kesuksesan di setiap perjuangan kehidupan kita.

Sekali lagi: Kebiasaan yang diulang terus menerus, akan melahirkan keahlian!

Salam sukses luar biasa!!


Sumber : Andrie Wongso ( Motivator Indonesia )

Saturday, October 31, 2009

Jalan Menuju SUKSES

Seorang anak muda berbicara dengan gurunya. Ia bertanya, “Guru,
bisakah engkau tunjukkan di mana jalan menuju sukses ?”

Uhm….., Sang Guru terdiam sejenak. Tanpa mengucapkan sepatah kata,
sang Guru menunjuk ke arah sebuah jalan. Anak muda itu segera
berlari menyusuri jalan yang ditunjukkan sang Guru. Ia tak mau
membuang-buang waktu lagi untuk meraih kesuksesan. Setelah beberapa
saat melangkah tiba-tiba ia berseru, “Ha! Ini jalan buntu!” Benar,
di hadapannya berdiri sebuah tembok besar yang menutupi jalan. Ia
terpaku kebingungan, “Barangkali aku salah mengerti maksud sang
Guru.”

Kembali, anak muda itu berbalik menemui sang Guru untuk bertanya
sekali lagi, “Guru, yang manakah jalan menuju sukses.”

Sang Guru tetap menunjuk ke arah yang sama. Anak muda itu kembali
berjalan ke arah itu lagi. Namun, yang ditemuinya tetap saja sebuah
tembok yang menutupi. Ia berpikir, ini pasti hanya gurauan. Dan anak
muda itu pun merasa dipermainkan.

Emosi dan dengan penuh amarah ia menemui sang guru, “Guru, aku sudah
menuruti petunjukmu. Tetapi yang aku temui adalah sebuah jalan
buntu. Aku tanyakan sekali lagi padamu, yang manakah jalan menuju
sukses? Kau jangan hanya menunjukkan jari saja, bicaralah!”

Sang guru akhirnya berbicara, “Di situlah jalan menuju sukses. Hanya
beberapa langkah saja di balik tembok itu.”

Pesan:
Tiada kesuksesan tanpa adanya halangan yang harus dilalui terlebih dahulu. Siapa bilang tembok adalah tujuan akhir?

Sumber : Pusat Motivasi Indonesia ( GRUP Facebook )

Thursday, October 29, 2009

Kesabaran dalam Belajar.

Seorang anak muda mengunjungi seorang ahli permata dan menyatakan maksudnya untuk berguru. Ahli permata itu menolak pada mulanya, karena dia kuatir anak muda itu tidak memiliki kesabaran yang cukup untuk belajar. Anak muda itu memohon dan memohon sehingga akhirnya ahli permata itu menyetujui permintaannya. “Datanglah ke sini besok pagi” katanya.

Keesokan harinya, ahli permata itu meletakkan sebuah batu berlian di atas tangan si Anak muda dan memerintahkan untuk menggenggamnya. Ahli permata itu meneruskan pekerjaannya dan meninggalkan anak muda itu sendirian sampai sore.

Hari berikutnya, ahli permata itu kembali menyuruh anak muda itu menggenggam batu yang sama dan tidak mengatakan apa pun yang lain sampai sore harinya. Demikian juga pada hari ketiga, keempat, dan kelima.

Pada hari keenam, anak muda itu tidak tahan lagi dan bertanya, “Guru, kapan saya akan diajarkan sesuatu?”
Gurunya berhenti sejenak dan menjawab, “Akan tiba saatnya nanti,” dan kembali meneruskan pekerjaannya.

Beberapa hari kemudian, anak muda itu mulai merasa frustrasi. Ahli permata itu memanggilnya dan meletakkan sebuah batu ke tangan pemuda itu. Anak muda frustrasi itu sebenarnya sudah hendak menumpahkan semua kekesalannya, tetapi ketika batu itu diletakkan di atas tangannya, anak muda itu langsung berkata, “Ini bukan batu yang sama!”

“Lihatlah, kamu sudah belajar,” kata gurunya.

Pesan:
Ilmu tanpa terasa telah didapatkan seseorang, jika ia sabar dalam belajar.

Sumber : motivation-live.blogspot.com

Wednesday, October 21, 2009

Beranilah untuk memulai.

Tak ada yang mudah untuk memulai sesuatu. Wajar saja jika banyak orang yang takut untuk memulai sesuatu. Motivator dan inspirator muda, Rudy Lim akan memandu Anda untuk memulai sesuatu dengan keyakinan.

Ketika perlahan Anda akan memasuki suatu keadaan yang baru, ada suatu ketakutan berkecamuk dalam diri. "Mampukah saya memulainya?" Itulah pertanyaan mendasar yang akan menggoyahkan keyakinan Anda. Hanya ada dua pilihan di depan Anda: mencoba memulainya atau mundur-dan berarti Anda menyerah.

Padahal, Anda tidak akan pernah tahu seberapa besar potensi yang Anda miliki jika tidak berani untuk memulai. Jika diibaratkan hidup adalah sebuah per, Anda tidak akan pernah tahu sepanjang apa per itu dapat ditarik jika Anda tidak pernah mencoba atau takut untuk menariknya.

Maka mulailah! Atasi rasa takut Anda karena itu adalah hal yang wajar. Bahkan, Anda telah berada di jalan yang tepat. Mengapa? Karena, apa yang akan Anda mulai itu sangat berharga bagi diri Anda.

1. Pilihlah Impian Anda (Tentukan Target yang Jelas)

Sebelum Anda memulai dengan hal baru, yakinkan diri Anda bahwa ini merupakan impian yang selama ini ingin Anda raih. Dengan pilihan yang tepat, Anda akan lebih yakin untuk memulai segalanya. Pencapaian seseorang ditentukan dari berbagai hal, mulai dari usahanya, keyakinannya, hingga ada pula yang mengaitkannya dengan keberuntungan. Namun, hal-hal tersebut hanya seperti mutiara-mutiara yang berceceran.

Ada satu yang sangat penting untuk menyatukan semua mutiara tersebut, yaitu talinya. Ketika mutiara-mutiara tersebut dirangkai dengan talinya, akan menjadi sebuah kalung yang berharga. Lalu apa sebenarnya tali tersebut dalam hidup kita? Pilihan, pilihan untuk menjadi apa yang Anda inginkan. Orang bisa sukses karena dia memilih untuk sukses. Jika Anda tidak memiliki dasar yang kuat tentang apa yang ingin Anda raih, keyakinan Anda untuk memulai lebih menggoyahkan.

2. Jangan Terpengaruh oleh Kegagalan Masa Lalu

Jangan pernah menganggap ketakutan yang muncul ketika Anda ingin memulai sesuatu sebagai akibat dari kegagalan di masa lalu. Anggaplah kegagalan itu sebagai suatu proses menuju kesuksesan atau hasil lain dari kesuksesan. Syukuri kegagalan tersebut. Karena, dengan kegagalan, Anda memiliki pengalaman berharga untuk memulai lembaran baru dalam kehidupan ini. Anda belajar untuk mengetahui mana yang baik dan buruk bagi Anda melalui kegagalan.

Ubah mindset tentang diri Anda sendiri. Jika Anda hanya memikirkan tiga kata, yaitu gagal, gagal, dan gagal, Anda akan gagal. Jika mindset Anda tidak diubah, Anda akan terus terpuruk dalam kegagalan.

Jangan pernah menyerah karena kegagalan. Jika Anda menyerah, impian Anda tidak akan tercapai. Parahnya, semakin sering Anda menyerah karena kegagalan, hal tersebut menjadi biasa dalam hidup Anda. Maka, mulailah lembaran baru dalam hidup Anda dengan keyakinan, bukan dengan berkaca pada
masa lalu.

Cukup ambil hal-hal penting dari kegagalan yang pernah terjadi. Jangan menjadikannya pedoman bagi hidup Anda. Seperti ketika menyetir mobil, Anda tidak akan terus melihat ke kaca spion, melihat apakah kendaraan di belakang Anda lewat, melihat bagaimana kondisi di belakang Anda. Namun, Anda harus fokus melihat ke depan dan hanya sesekali melihat ke belakang untuk melihat keadaan di belakang Anda. Life must go on !

3. Buka Pikiran Anda terhadap Segala Kemungkinan Baru

Jangan pernah takut untuk memulai hanya karena orang di sekeliling Anda meragukan kemampun Anda. Buka pikiran Anda dan jadilah diri sendiri. Jika Anda hanya memikirkan tanggapan orang, Anda tidak akan bisa berkembang. Bukan orang lain yang menentukan apa yang harus dilakukan, tapi Anda sendirilah pembuat keputusannya. Maka, ketika keputusan itu sudah yakin Anda buat, jangan pernah mundur. Jangan pernah menyerah !

Sesuatu yang menjatuhkan Anda harus menjadi sesuatu yang memotivasi diri Anda untuk mengejar impian. Semakin banyak orang yang meragukan Anda, seharusnya Anda semakin termotivasi untuk mencapai cita-cita. Buktikan kepada mereka bahwa Anda bisa dan mampu untuk menggapainya.

Seperti sebuah ungkapan "A great pleasure in life is doing what other people say you can't do it". Slogan ini adalah cara saya untuk menangkis tanggapan orang. "Setiap kali orang mengatakan kita tidak bisa, malah semakin mendorong kita untuk menggapai impian tersebut." ~Rudy Lim

Orang bijak berkata bahwa nasib di tangan kita. Kita sendiri yang meramal masa depan kita dan jalan apa yang akan Anda ambil berikutnya. Jika ada lembaran baru yang harus Anda buka, jangan ragu untuk memulai. Yakinkan kepada diri sendiri dan semua orang bahwa Anda bisa. Anda mampu!

Semoga bermanfaat dan Salam Hebat Luar Biasa !

Sumber : Rudy Lim ( Motivator Indonesia )

Orkestra Kehidupan.


Dikisahkan, ada seorang bapak tua sedang mengunjungi anaknya di kota. Suatu sore, saat senggang, dia berjalan-jalan di seputar perumahan. Tiba-tiba terdengar bunyi suara yang menyakitkan telinga tuanya.

Mengikuti arah suara yang mengganggu itu ke sumbernya, tampak seorang anak kecil sedang belajar bermain biola. “Ngiiik!! Ngook!! Ngiik!! Ngokk!” Untuk pertama kalinya si bapak tahu tentang bagaimana alat musik bernama biola dimainkan. Bapak itu berpikir, “Aku tidak ingin lagi mendengar suara yang mengerikan seperti itu.”

Hari lainnya, si bapak kembali mendengar suara yang mendayu-dayu membelai telinga tuanya. Dengan penasaran, diikutinya sumber suara merdu yang belum pernah didengarnya selama ini. Sesampainya di sana, bapak tua itu pun terperangah melihat seorang wanita tua, sang maestro, sedang memainkan sonata dengan biolanya. Diam-diam dia di sana, ikut menikmati alunan musik yang indah.

Seketika itu, bapak tua menyadari kesalahannya. Suara yang tidak mengenakkan telinga yang didengarnya dulu, bukanlah merupakan kesalahan dari alat musiknya dan bukan pula salah si anak yang memainkannya. Suara "mengerikan" itu hanyalah proses belajar dan berlatih seorang anak untuk bisa memainkan alat musik biolanya dengan baik.

Di suatu hari yang lain lagi, kembali si bapak tua mendengar gaung suara merdu lain yang bahkan melebihi keindahan dan kejernihan suara biola sang maestro. Dia pun segera mencari tahu, apa gerangan yang menjadi sumber suara itu. Setiba di sana, mata tuanya terpana kagum. Ternyata, itu adalah suara orkestra besar yang dimainkan sebuah simfoni indah.

Begitu banyak orang secara bersama-sama, dengan masing-masing orang memainkan alat-alat musik yang berbeda. Menghasilkan sebuah harmoni yang luar biasa. Enak dipandang, nikmat didengar, dan terasa sekali semangat kebersamaan para pemain untuk menyuguhkan sebuah mahakarya seni. Tepuk tangan membahana pun terdengar seusai diakhirinya lagu yang telah mereka mainkan bersama.


Pesan :

Begitu pula dalam kehidupan ini, kita sering kali terkagum-kagum saat menikmati atau melihat suatu prestasi besar. Tetapi saat kita melihat awal dari proses perkembangannya, mungkin kita tidak menaruh perhatian bahwa proses latihan yang konsisten akan melahirkan hasil yang mengagumkan, seperti bapak tua ketika mendengar suara sumbang yang dimainkan oleh anak kecil sebagai pemula belajar biola itu.

Dari sisi lain, kita pun bisa belajar dari cerita tadi bahwa dari kekuatan individu yang memiliki keahlian masing-masing, jika bisa bersatu dan bersama-sama memainkan sesuai dengan peranannya, maka itu akan melahirkan kekuatan sinergi yang akan menghasilkan prestasi dengan kualitas yang berbobot dan mengagumkan!!

Sumber : Andrie Wongso ( Motivator Indonesia )

Monday, October 19, 2009

Belajar dari seekor Belalang.


Seekor belalang telah lama terkurung di dalam sebuah kotak. Suatu hati ia berhasil keluar dari kotak yang mengurungnya, dengan gembira ia melompat-lompat menikmati kebebasannya.

Di perjalanan dia bertemu dengan seekor belalang lain, namun dia keheranan mengapa belalang itu bisa melompat lebih tinggi dan lebih jauh darinya.

Dengan penasaran dia menghampiri belalang lain itu dan bertanya, “Mengapa Kau bisa melompat lebih tinggi dan lebih jauh dariku, padahal kita tidak jauh berbeda dari usia maupun ukuran tubuh?” Belalang itu menjawabnya dengan pertanyaan, “Dimanakah kau tinggal selama ini? Semua belalang yang hidup di alam bebas pasti bisa melakukan seperti yang aku lakukan .”

Saat itu si belalang baru tersadar bahwa selama ini kotak itulah yang telah membuat lompatannya tidak sejauh dan setinggi belalang lain yang hidup di alam bebas.

Kadang-kadang kita manusia, tanpa sadar, pernah juga mengalami hal yang sama dengan belalang tersebut. Lingkungan yang buruk, hinaan, trauma masa lalu, kegagalan beruntun, perkataan teman, tradisi, dan kebiasaan bisa membuat kita terpenjara dalam kotak semu yang mementahkan potensi kita. Lebih sering kita mempercayai mentah-mentah apa yang mereka voniskan kepada kita tanpa berpikir dalam-dalam bahwa apakah hal itu benar adanya atau benarkah kita selemah itu? Lebih parah lagi, kita acap kali lebih memilih mempercayai mereka daripada mempercayai diri sendiri.

Tahukan Anda bahwa gajah yang sangat kuat bisa di ikat hanya dengan seutas tali yang terikat pada sebilah pancang kecil? Gajah sudah akan merasa dirinya tidak bisa bebas jika ada “sesuatu” yang mengikat kakinya, padahal “sesuatu” itu bisa jadi hanya seutas tali kecil… Pernahkah Anda bertanya kepada diri Anda sendiri bahwa Anda bisa “melompat lebih tinggi dan lebih jauh” kalau Anda mau menyingkirkan “penjara” itu?

Tidakkah Anda ingin membebaskan diri agar Anda bisa mencapai sesuatu yang selama ini Anda anggap di luar batas kemampuan dan pemikiran Anda? Sebagai manusia kita berkemampuan untuk berjuang, tidak menyerah begitu saja kepada apa yang kita alami.

Karena itu, teruslah berusaha mencapai segala aspirasi positif yang ingin Anda capai. Sakit memang, lelah memang, tapi jika Anda sudah sampai di puncak, semua pengorbanan itu pasti akan terbayar. Pada dasarnya, kehidupan Anda akan lebih baik kalau Anda hidup dengan cara hidup pilihan Anda sendiri, bukan dengan cara yang dipilihkan orang lain untuk Anda.

Sumber: Anonymous
Saya bersyukur dianugerahi Tuhan bakat mudah melucu. Saya tegaskan, saya sebetulnya tidak lucu, cuma mudah melucu. Dari sisi tampang, saya lebih tepat disebut pemurung, kalau tidak terlalu kasar untuk disebut memelas. Karena kemudahan inilah sebagian kalangan menyebut saya sebagai lucu, sebutan yang sebetulnya mendatangkan banyak beban.

Tidak setiap kemudahan itu selalu mudah karena kadangkala malah mendatangkan kesulitan. Teman saya yang bertubuh jangkung justru selalu menjadi orang suruhan di setiap kesempatan ketika tinggi badan sedang jadi hambatan. Diminta mengambilkan ini, menyantolkan itu, atau menjangkaukan sesuatu. Karena dianggap gampang mencari uang maka kepadanya orang cenderung berhutang dan minta sumbangan. Karena berwajah rupawan seseorang jadi mudah tergoda dan rawan perselingkuhan. Karena dianggap lucu, setiap saat saya diminta untuk menghibur orang.

Permintaan secara terus terang sebetulnya tidak ada. Tetapi permintaan diam-diam itulah yang terus saja berdatangan. Sejak mahasiwa saya sudah sering ditanggap di berbagai forum diksusi kecil-kecilan. Apakah karena saya pintar? Tidak. Nilai rata-rata saya di kampus cuma cukup untuk lulus. Itupun lulus pas-pasan. Undangan itu datang pasti karena anggapan sebagai orang lucu itu. Tetapi sekali lagi, anggapan itu sebenarnya keliru. Karena jika boleh, mestinya saya lebih memilih tidak melucu. Jika di dekat saya telah ada orang lucu, saya akan dengan gembira berada di dekatnya meletakkan peran ini dan langsung nebeng tertawa. Jauh nian beda antara pihak yang tinggal tertawa dan pihak yang harus membuat tawa. Menjadi sekadar yang tertawa seperti orang kelaparan yang kepadanya disodorkan makanan kesukaan. Tetapi menjadi pembuat tawa, seperti koki, yang betapapun enak masakannya, ia telah lebih dulu mual oleh pengap asapnya. Jadi jika boleh memilih, kedudukan sebagai pihak yang sekadar tertawa pasti lebih menyenangkan.

Tetapi hidup memang tidak boleh memilih cuma apa yang kita suka. Karena lalu siapa nanti yang harus mengerjakan soal-soal yang kita tdak suka, tetapi amat dibutuhkan dalam hidup. Kerja bakti dan jaga malam adalah soal tidak saya sukai, tetapi ia dibutuhkan kampung saya. Menunggu adalah pekerjaan menjengkelkan, apalagi menungu cuma untuk disuntik misalnya. Tetapi semua itu dibutuhkan bagi kesehatan. Melucu memang melelahkan, tetapi ia dibutuhkan untuk kegembiraan, setidaknya bagi keluarga saya. Karena pernah suatu hari saya menuruti kelelahan ini dan sama sekali tidak melucu seharian, rumah saya jadi terasa sunyi. Anak-anak menganggap bapaknya sedang susah, istri mengira suaminya sedang marah. Padahal sungguh tidak ada apa-apa. Hanya ingin istirahat saja. Tetapi dunia di rumah saya seperti berhenti berputar hanya karena saya menghentikan salah satu kebiasaan.

Keluarga jadi kehilangan separo kegembiraannya. Istri memasak sambil terdiam. Anak-anak yang biasanya belajar sambil menyanyi kini belajar sambil membisu. Mereka sesungguhnya tidak sedang belajar, tetapi sekadar membolak-balik buku. Televisi juga lupa dinyalakan. Sesisi rumah sepi-senyap karena semua sedang sibuk dengan kemurungannya sendiri-sendiri, cuma karena sebuah fungsi lupa dijalankan. Pada saat itulah, saya menyadari bahwa melucu adalah tugas. Dan ketika tugas itu kembali saya jalankan dengan cara sederhana: misalnya cuma berjoget di depan kaca, seisi rumah langsung menemukan kembali barangnya yang hilang.


Sumber : Prie GS.

Friday, October 16, 2009

Pemancing Cilik.

Pada tepian sebuah sungai, tampak seorang anak kecil sedang bersenang-senang. Ia bermain air yang bening di sana. Sesekali tangannya dicelupkan ke dalam sungai yang sejuk. Si anak terlihat sangat menikmati permainannya.
Selain asyik bermain, si anak juga sering memerhatikan seorang paman tua yang hampir setiap hari datang ke sungai untuk memancing. Setiap kali bermain di sungai, setiap kali pula ia selalu melihat sang paman asyik mengulurkan pancingnya. Kadang, tangkapannya hanya sedikit. Tetapi, tidak jarang juga ikan yang didapat banyak jumlahnya.

Suatu sore, saat sang paman bersiap-siap hendak pulang dengan ikan hasil tangkapan yang hampir memenuhi keranjangnya, si anak mencoba mendekat. Ia menyapa sang paman sambil tersenyum senang. Melihat si anak mendekatinya, sang paman menyapa duluan. "Hai Nak, kamu mau ikan? Pilih saja sesukamu dan ambillah beberapa ekor. Bawa pulang dan minta ibumu untuk memasaknya sebagai lauk makan malam nanti," kata si paman ramah.

"Tidak, terima kasih Paman," jawab si anak.

"Lo, paman perhatikan, kamu hampir setiap hari bermain di sini sambil melihat paman memancing. Sekarang ada ikan yang paman tawarkan kepadamu, kenapa engkau tolak?"

"Saya senang memerhatikan Paman memancing, karena saya ingin bisa memancing seperti Paman. Apakah Paman mau mengajari saya bagaimana caranya memancing?" tanya si anak penuh harap.

"Wah wah wah. Ternyata kamu anak yang pintar. Dengan belajar memancing engkau bisa mendapatkan ikan sebanyak yang kamu mau di sungai ini. Baiklah. Karena kamu tidak mau ikannya, paman beri kamu alat pancing ini. Besok kita mulai pelajaran memancingnya, ya?"

Keesokan harinya, si bocah dengan bersemangat kembali ke tepi sungai untuk belajar memancing bersama sang paman. Mereka memasang umpan, melempar tali kail ke sungai, menunggu dengan sabar, dan hup... kail pun tenggelam ke sungai dengan umpan yang menarik ikan-ikan untuk memakannya. Sesaat, umpan terlihat bergoyang-goyang didekati kerumunan ikan. Saat itulah, ketika ada ikan yang memakan umpan, sang paman dan anak tadi segera bergegas menarik tongkat kail dengan ikan hasil tangkapan berada diujungnya.

Begitu seterusnya. Setiap kali berhasil menarik ikan, mereka kemudian melemparkan kembali kail yang telah diberi umpan. Memasangnya kembali, melemparkan ke sungai, menunggu dimakan ikan, melepaskan mata kail dari mulut ikan, hingga sore hari tiba.

Ketika menjelang pulang, si anak yang menikmati hari memancingnya bersama sang paman bertanya, "Paman, belajar memancing ikan hanya begini saja atau masih ada jurus yang lain?"

Mendengar pertanyaan tersebut, sang paman tersenyum bijak. "Benar anakku, kegiatan memancing ya hanya begini saja. Yang perlu kamu latih adalah kesabaran dan ketekunan menjalaninya. Kemudian fokus pada tujuan dan konsentrasilah pada apa yang sedang kamu kerjakan. Belajar memancing sama dengan belajar di kehidupan ini, setiap hari mengulang hal yang sama. Tetapi tentunya yang diulang harus hal-hal yang baik. Sabar, tekun, fokus pada tujuan dan konsentrasi pada apa yang sedang kamu kerjakan, maka apa yang menjadi tujuanmu bisa tercapai."

Sumber : artikelmotivasi.blogspot.com

Sifat Kepiting.

Saat menjelang malam hari di tepi pantai, terlihat para nelayan melakukan kegiatan yakni menangkap kepiting yang biasanya keluar dari sarang mereka di malam hari. Kepiting-kepiting yang ditangkap oleh nelayan, sebagian kecil akan menjadi lauk santapan sekeluarga, sebagian besar akan di bawa ke pengumpul atau langsung ke pasar untuk di jual.

Para nelayan itu memasukkan semua kepiting hasil tangkapan mereka ke dalam baskom terbuka. Menariknya, baskom tersebut tidak perlu diberi penutup untuk mencegah kepiting meloloskan diri dari situ. Ada yang menarik dari tingkah laku kepiting-kepiting yang tertangkap itu. Mereka sekuat tenaga selalu berusaha keluar dengan menggunakan capit-capitnya yang kuat, tetapi jika ada seekor kepiting yang nyaris meloloskan diri keluar dari baskom, teman-temannya pasti akan berusaha keras menarik kembali ke dasar baskom. Begitulah seterusnya, sehingga akhirnya tidak ada seekor kepiting pun yang berhasil kabur dari baskom, sebab itu lah para nelayan tidak membutuhkan penutup untuk mencegah kepiting keluar dari baskom. Dan kemudian mati hidupnya si kepiting pun ditentukan keesokan harinya oleh si nelayan.

Sungguh menarik kisah dari sifat kepiting tadi, mengingatkan kita pada kehidupan manusia. Kadang tanpa disadari, manusia bertingkah laku seperti kepiting di dalam baskom. Saat ada seorang teman berhasil mendaki ke atas atau berhasil mencapai sebuah prestasi, yang seharusnya kita ikut berbahagia dengan keberhasilan itu, tetapi tanpa sadar, kita justru merasa iri, dengki, marah, tidak senang, atau malahan berusaha menarik atau menjatuhkan kembali ke bawah.
Apalagi dalam bisnis atau bidang lain yang mengandung unsur kompetisi, sifat iri, tidak mau kalah akan semakin nyata dan bila tidak segera kita sadari, kita telah menjadi monster, mahluk yang menakutkan yang akhirnya akan membunuh hati nurani kita sendiri.

Gelagat manusia yang mempunyai sifat seperti halnya sifat kepiting yaitu :

  1. Selalu sibuk merintangi orang lain yang akan menuju sukses sehingga lupa berusaha untuk memajukan diri sendiri.
  2. selalu mencari dan menyalahkan pihak di luar dirinya

Pembaca yang berbahagia,
Tidak perlu cemas dengan keberhasilan orang lain, tidak perlu ada menyimpan iri hati apalagi tindakan yang bermaksud menghalangi teman atau orang lain agar mereka tidak maju. Buang pikiran negatif seperti itu!

Karena sesungguhnya, di dalam persaingan bisnis atau persaingan di bidang apapun, tidak peduli berakhir dengan kemenangan atau kekalahan, masing2 dari kita mempunyai hak untuk sukses!

Success is our right, sukses adalah hak kita semua!
Success is our right!

Jika kita bisa menyadari bahwa ! Success is our right, sukses adalah hak kita semua! Maka secara konsekwen kita bisa menghargai setiap keberhasilan orang lain, bahkan selalu siap membantu orang lain utk mencapai kesuksesannya.
Untuk itu, dari pada mempunyai niat menghalangi atau menjatuhkan orang lain, jauh lebih penting adalah kita siap berjuang dan sejauh mana kita sendiri mengembangkan kemampuan dan potensi kita seutuhnya. Sehingga hasil yang akan kita capaipun akan maksimal dan membanggakan!

Salam Sukses Luar Biasa !

Sumber : Andrie Wongso

Hidup Adalah Pilihan.

Ada 2 bibit tanaman yang terhampar di sebuah ladang yang subur. Bibit yang pertama berkata, "Aku ingin tumbuh besar, aku ingin menjejakkan akarku dalam-dalam di tanah ini dan menjulangkan tunas-tunasku di atas kerasnya tanah ini. Aku ingin membentangkan semua tunasku untuk menyampaikan salam musim semi. Aku ingin merasakan kehangatan matahari dan kelembutan embun pagi di pucuk-pucuk daunku"... Dan bibit itu pun tumbuh, makin menjulang...

Bibit yang kedua berguman, "Aku takut, jika kutanamkan akarku ke dalam tanah ini, aku tak tahu apa yang akan kutemui di bawah sana. Bukankah di sana sangat gelap? Dan jika kuteroboskan tunasku ke atas, bukankah nanti keindahan tunas-tunasku akan hilang? Tunasku ini pasti akan terkoyak. Apa yang akan terjadi jika tunasku terbuka, dan siput-siput mencoba untuk memakannya? Dan pasti jika aku tumbuh dan merekah, semua anak kecil akan berusaha untuk mencabutku dari tanah. Tidak! Akan lebih baik jika aku menunggu sampai semuanya aman." Dan bibit itupun menunggu dalam kesendirian.

Beberapa pekan kemudian seekor ayam mengais tanah itu, menemukan bibit yang kedua tadi dan menaploknya segera.

Memang selalu ada saja pilihan dalam hidup. Selalu saja ada lakon-lakon yang harus kita jalani. Namun sering kali kita berada dalam kepesimisan, kengerian, keraguan, kebimbangan yang kita ciptakan sendiri. Kita kerap terbuai dengan alasan-alasan untuk tak mau melangkah, tak mau menatap hidup. Karena hidup adalah pilihan, maka hadapilah itu dengan gagah.. Dan karena hidup adalah pilihan, maka pilihlah dengan bijak...

Sumber : Gemintang.com

Mengubah Dunia.

Tatkala aku masih muda serta bebas dan imajinasiku mengembara tanpa batas, aku bercita cita untuk mengubah dunia.

Tatkala aku semakin tua dan bijaksana, aku menyadari bahwa dunia tak akan berubah, dan aku agak memendekkan sasaranku serta memutuskan untuk mengubah negeriku saja.

Namun ini pun tampaknya tak dapat diubah, tatkala aku kian jauh mengarungi masa tuaku, dalam suatu upaya yang nekat, aku berniat keras untuk mengubah keluargaku saja., mereka memiliki hubungan terdekat denganku, namun aduh, mereka pun tak berbeda.

Dan kini tatkala aku terbaring di ranjang kematianku. Aku tiba tiba menyadari:
ANDAIKATA DULU AKU PERTAMA KALI MENGUBAH DIRIKU SENDIRI SAJA,

Melalui teladan barang kali aku berhasil mengubah keluargaku. Dari inspirasi dan dorongan mereka, aku seharusnya mampu memperbaiki negeriku dan, siapa tahu, aku mungkin mampu mengubah dunia.
(ANONIM)

Sumber :
The Power of TRANSFORMATION.

Miskin Tapi Bahagia.

Orang termiskin yang aku ketahui adalah orang yang tidak mempunyai apa-apa kecuali uang.
– John D. Rockefeller JR

Dalam rubrik Kilasan Kawat Sedunia, Harian KOMPAS pernah memuat ringkasan hasil survei yang menarik perhatian saya. Ia menceritakan hubungan antara uang—indikator utama yang sering dipergunakan untuk mengukur seberapa kaya atau seberapa miskin seorang anak manusia itu—dengan kebahagiaan. Survei yang unik dan jarang dilakukan ini—setahu saya belum pernah ada survei semacam ini di Indonesia—mungkin dapat memberi pelajaran tertentu pada kita. Berikut petikannya:

Pemeo ”uang tak bisa membeli kebahagiaan” ternyata memang benar. Sebuah survei di Australia menunjukkan, kaum kelas menengah di Sydney masuk kategori warga yang paling menderita di Australia. Sebaliknya, tingkat kebahagiaan warga yang hidup di beberapa daerah pemukiman paling miskin malah lebih tinggi.

”Pengaruh uang pada kebahagiaan nyatanya hanya terasa pada golongan yang luar biasa kaya,” kata Liz Eckerman, peneliti dari Universitas Deakin, seperti dikutip kantor berita AFP, Senin (13/2).

”Uang tak bisa membeli kebahagiaan. Ini jelas terbukti dalam jajak pendapat yang kami lakukan pada 23.000 warga yang sudah kami wawancarai,” kata Eckerman kepada Radio Australia, ABC.

Temuan-temuan yang disusun sejak tahun 2001 menunjukkan bahwa di Australia, negara dimana tak ada kesenjangan kemakmuran yang ekstrem, mereka yang hidup paling bahagia ada di lapisan bawah. Mereka yang happy juga lebih banyak berada dalam kategori usia 55 tahun atau lebih, lebih banyak di antara kaum perempuan, dan kebanyakan pula ada di antara mereka yang menikah alias yang tak men-jomblo.

Survei ditujukan untuk mengungkap kepuasan seseorang terkait dengan berbagai hal, seperti standar hidup, kesehatan, pencapaian dalam hidup, dan keamanan. Di antara 150 daerah sasaran survei, salah satu daerah termiskin di Australia, yakni Wide Bay di pedalaman Queensland, penduduknya ternyata termasuk yang paling bahagia di negeri kangguru itu.

Terus terang, saya tidak tahu seberapa banyak uang yang harus dimiliki seseorang untuk bisa masuk dalam kategori kelas menengah di Sydney. Juga tidak terlalu jelas bagi saya berapa jumlah uang yang dimiliki oleh rata-rata penduduk Wide bay di pedalaman Queensland, sehingga mereka disebut daerah termiskin di negara tersebut. Lalu, berapa pula harta yang dimiliki seseorang agar bisa disebut Eckerman sebagai ”luar biasa kaya”? Datanya tidak disebutkan oleh KOMPAS.

Namun, terlepas dari minimnya data yang bisa kita peroleh, tetaplah menarik ketika Eckerman, peneliti itu, membuat kesimpulan bahwa yang hidup paling bahagia di Australia adalah penduduk di lapisan bawah (miskin); kebanyakan berusia 55 tahun atau lebih; kebanyakan perempuan; dan kebanyakan menikah. Mereka inilah yang paling merasa puas dengan standar hidup mereka, puas dengan kesehatan mereka, puas dengan pencapaian dalam hidup mereka, dan puas dengan keamanan di lingkungannya. Mereka inilah orang-orang yang miskin, tetapi kaya. Miskin dalam harta benda, tetapi kaya dalam kepuasan hidup. Sungguh sebuah realitas yang memesona.

Ada beberapa pelajaran yang saya pulung dari survei di atas. Pertama, saya menduga penelitian tersebut menempatkan rasa puas—atas standar hidup; atas kesehatan; atas pencapaian dalam hidup; dan atas keamanan di lingkungannya—sebagai indikator utama kebahagiaan. Dan jika hal itu kita gunakan untuk bercermin, maka kita bisa mencoba menjawab empat pertanyaan berikut:
1. Apakah saya puas dengan standar hidup kita sejauh ini?
2. Apakah saya puas dengan kesehatan saya sejauh ini?
3. Apakah saya puas dengan apa yang sudah saya capai dalam hidup sejauh ini?
4. Apakah saya puas dengan keamanan di lingkungan saya sejauh ini?

Bisakah kita menjawab YA dengan mantap untuk keempat pertanyaan sederhana semacam itu? Atau mungkin jawaban kita perlu diberi bobot tertentu, katakanlah untuk tiap jawaban menggunakan skala 1-5. Angka 1 berarti TIDAK PUAS SAMA SEKALI, angka 2 berarti TIDAK PUAS; angka 3 berarti CUKUP PUAS; angka 4 berarti PUAS; dan angka 5 berarti SANGAT PUAS. Sehingga, total nilai 12 berarti CUKUP PUAS dan total nilai 20 berarti SANGAT PUAS. Mereka yang bisa mengumpulkan nilai mendekati angka 20-lah yang pantas kita anggap bahagia. Nah, dengan demikian kita bisa mengukur seberapa bahagia diri kita masing-masing, setidaknya untuk saat ini. Lalu kita juga bisa menyadari pada bagian mana dari keempat hal tersebut yang kita rasa paling meresahkan dan mengurangi kebahagiaan hidup kita sejauh ini. Dari sini kita kemudian bisa memikirkan cara-cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kebahagiaan kita.

Pelajaran kedua yang saya petik adalah soal hubungan antara uang/kekayaan dengan kebahagiaan. Sudah lama saya mengetahui bahwa uang dan kebahagiaan adalah dua hal yang tidak selalu berkaitan. Setidaknya saya mengenal sejumlah kawan yang punya uang miliaran rupiah dan kadang mengaku bahwa hidupnya tidak bahagia. Sementara itu sejumlah kawan lain yang uangnya tidak sampai miliaran tak pernah saya dengar mengeluhkan soal apakah dirinya bahagia atau tidak. Jadi saya sering bingung jika melihat sebagian kawan berjuang mati-matian untuk bisa kaya karena percaya kalau kekayaan bisa membuat mereka pasti bahagia. Sementara yang sudah jauh lebih kaya, mengaku tidak bahagia. Nah, atas kebingungan inilah survei Eckerman tadi bisa memberi sedikit penjelasan. Hanya pada orang atau golongan yang ”luar biasa kaya”, ada hubungan antara uang mereka dengan kebahagiaan mereka. Seakan-akan ada semacam ambang batas kekayaan yang bisa membuat kekayaan itu berdampak langsung pada kebahagiaan. Ambang batas itu tidak disebut, mungkin satu juta dolar Amerika, atau jumlah yang lebih besar.

Pelajaran ketiga, dan buat saya paling mengesankan, adalah kesimpulan survei tersebut yang menunjuk sebuah daerah termiskin di pedalaman Queensland memiliki penduduk yang paling bahagia. Kesimpulan ini sungguh membesarkan hati. Sebab ini membuka kemungkinan bahwa kawan-kawan saya di pelosok-pelosok yang sulit terjangkau sarana transportasi modern—seperti di Papua, misalnya—amat boleh jadi adalah orang-orang yang paling bahagia hidupnya.

Nah, apakah Anda kaya atau Anda bahagia?


Sumber : Andrias Harefa

Thursday, October 15, 2009

Selamat, Anda Telah Gagal

Suatu ketika, seorang mahasiswi pernah berkeluh kesah kepada saya mengenai berbagai kegagalan yang dialaminya saat menyelesaikan tugas kuliah yang saya berikan pada minggu sebelumnya. Dia merasa sangat sedih serta kecewa dengan kegagalannya itu dan merasa putus asa. Saya menanggapi dengan tersenyum sambil menyodorkan tangan kanan untuk menjabat-tangannya sambil berkata, “Selamat, Anda sudah gagal !” Respon saya menanggapi keluhannya sungguh sangat di luar dugaan. Dia spontan terkejut dan hampir tak percaya. “Lho, kok Bapak berkata seperti itu ...?” tanyanya dengan nada heran dan hampir menangis. Mungkin dia pikir saya mengejek kegagalannya.

Kemudian saya jelaskan kepada mahasiswi tersebut mengenai kegagalan. “Selama proses pencapaian impian, mungkin Anda harus mengalami berbagai kegagalan atau terhempas pada suatu kondisi yang sangat tidak menyenangkan. Yang perlu Anda kuasai untuk menghadapi kegagalan adalah bagaimana Anda mengelola kegagalan, yang kita sebut sebagai manajemen kegagalan atau failure management.” Kegagalan atau kesuksesan sebenarnya adalah kondisi yang sama, seperti koin mata uang yang sama, tetapi dilihat dari sisi yang berbeda. Sisi yang satu berisi angka dan sisi yang lain berisi gambar. Sebagai contoh, saat seorang pemuda ditolak cintanya oleh gadis pujaan hatinya. Pemuda itu boleh menganggap penolakan itu sebagai kegagalan cintanya. Kegagalan itu pasti membuat hatinya sangat sedih dan hancur.

Tetapi pemuda pemuda itu juga boleh menganggap penolakan itu sebagai keberhasilan, yaitu berhasil mengetahui bahwa gadis itu bukanlah jodoh yang tepat baginya. Sehingga, dia bisa mencari gadis lain yang lebih baik, yang telah disediakan Tuhan baginya. Pemikiran ini akan membuat hati pemuda tersebut tetap berbahagia, karena memiliki kesempatan untuk menemukan gadis yang lebih tepat untuk menjadi pasangan hidupnya. Gadis yang lebih baik daripada gadis yang telah menolak cintanya tersebut.

Dua pandangan yang berbeda untuk kondisi yang sama, yaitu ditolak cintanya. Pandangan yang pertama (pandangan negatif) menggunakan kegagalan sebagai “batu sandungan” yang membuatnya jatuh terjerembab sehingga menghancurkan hatinya sendiri. Sedangkan pandangan yang kedua (pandangan positif) menggunakan kegagalan sebagai “batu loncatan” untuk mencapai kesuksesan yang lebih tinggi.

Seperti bila kita mendaki puncak gunung demi puncak gunung. Setelah mencapai satu puncak gunung, kita akan dapat melihat gunung lain yang lebih tinggi. Untuk mencapai puncak gunung yang lebih tinggi tersebut, kita harus terlebih dahulu turun ke lereng gunung. Bahkan mungkin kita harus turun ke lembah dan jurang yang dalam, sebelum kita dapat mulai mendaki menuju puncak gunung yang lebih tinggi.

Mungkin suatu hari Anda terjebak dalam situasi yang paling buruk yang pernah terjadi dalam hidup Anda. Anda mungkin merasa sudah berada di “dasar jurang terdalam” dari kesengsaraan Anda. Kalau memang Anda telah berada di dasar jurang terdalam, kabar baiknya adalah tidak ada lagi tempat yang lebih dalam. Berikutnya hanya ada satu jalan, kalau tidak sama datarnya pasti menuju ke tempat yang lebih tinggi.

Berarti tidak akan ada lagi kondisi yang lebih menyengsarakan daripada yang Anda sedang alami saat ini. Esok hari pasti lebih baik. Jadi, berjuang dan bertahanlah. Berusaha terus untuk dapat keluar dari kondisi malang tersebut.

Dalam keadaan kalut, tertekan, kecewa, marah, sakit hati, stres, dan depresi, Anda akan mengalami banyak godaan untuk bersikap destruktif atau menghancurkan. Sebagai pelampiasan kekecewaan, mungkin saja Anda terdorong untuk menghancurkan diri Anda sendiri atau orang lain disekitar Anda. Tetapi Anda harus tetap mempertahankan pikiran yang positif. Memang ini adalah proses yang harus Anda alami untuk meningkat kepada puncak gunung kesuksesan yang lebih tinggi.

Jangan sampai Anda terbujuk bisikan setan, “Minumlah bayxxx chayank...”, seperti plesetan iklan salah satu obat nyamuk cair terkenal. Di media massa, sempat saya membaca beberapa kisah mengenai orang-orang yang sangat menderita menjelang ajal karena sesaat terbujuk bisikan setan ini. Menyesal pun tidak ada gunanya lagi, jika sudah terlanjur terjadi.

Anda juga jangan pernah mencoba belajar menjadi Superman, terjun bebas meloncat dari lantai atas gedung tinggi. Kalau Anda mau menjadi seperti Superman, biasakan dulu gaya busana sehari-hari Superman. Superman selalu pakai celana kolor (celana dalam) di luar, bukannya di dalam.

“Ya, iyalah…,” tukas seorang teman. “Kalau pakai celana kolor di dalam sih namanya Suparman, bukannya Superman.” Jangan pula sekali-kali mencoba bermain ayunan dengan tali yang menjerat leher Anda. Bermain ayunan dengan cara ini bisa dipastikan tidak akan dapat menghibur kesedihan Anda. Paling banter Anda akan menjadi tontonan warga, menjadi konsumsi berita di media massa, dan menakut-nakuti anak kecil.

Semua cara yang pernah dicoba beberapa orang itu tidak akan membuat Anda berhasil mengatasi kegagalan. Paling banter hanya berhasil menambah satu orang lagi pengikut setan, yaitu Anda! “Jangan bikin neraka tambah penuh,” kata teman saya, yang sering merasa khawatir akan masuk ke neraka kalau meninggal dunia nanti.

Sekacau apa pun keadaan Anda saat ini, tenangkan pikiran Anda dan bersyukurlah kepada Tuhan. Masih banyak orang yang bernasib jauh lebih malang dari pada Anda. Kalau Anda masih bisa bernapas dan masih bisa bergerak, sementara banyak orang di rumah sakit tergeletak tak berdaya. Bahkan untuk bernapas pun harus dibantu peralatan khusus. Anda masih memiliki banyak keberuntungan dan anugerah dari Tuhan yang mengasihi Anda.

Anda bisa mencari teman sejati untuk berbagi perasaan kecewa Anda. Kalau tidak bisa menemukan teman yang bisa diajak berbagi (curhat), Anda bisa mencari lembaga-lembaga konseling. Atau Anda meminta referensi teman untuk diperkenalkan pada orang-orang yang dapat membantu Anda.

Saya teringat pada sebuah lagu yang sering saya nyanyikan sewaktu masih kecil dulu. Liriknya adalah sebagai berikut:

“ Hati yang gembira...a...a.... adalah obat...
Seperti obat, hati yang senang...
Tapi semangat yang padam, keringkan tulang...
Hati yang gembira.... Tuhan senang...”

Di kala saya merasa sedih atau kecewa, saya sering menyanyikan lagu ini saat kecil dulu. Sambil bernyanyi, saya meresapi kata demi kata dalam lagu itu dengan keluguan. Hati saya menjadi terhibur, dan berangsur merasakan bahagia kembali ditengah berbagai penderitaan yang sedang saya alami waktu itu. Pada masa kecil, saya memang banyak mengalami kekecewaan, sakit hati, dan penderitaan. Tidak seperti yang dialami oleh anak-anak kecil sebaya saya pada umumnya.

Hati yang gembira adalah obat. Banyak testimoni orang sembuh dari berbagai penyakit karena hati yang selalu gembira. Dan banyak juga orang yang mengalami penyakit parah (kanker) karena kesedihan hatinya yang berlarut-larut. Jadi sumbernya adalah hati. Seperti lirik lagu salah seorang Kyai kondang di Tanah Air, “Jagalah hati, jangan kau nodai. Jagalah hati, lentera hidup ini....”

Bagaimana cara menjaga perasaan hati ? Perasaan hati dipengaruhi oleh pikiran. Pikiran negatif akan membuat perasaan menjadi tidak nyaman. Sebaliknya pikiran positif akan membuat perasaan nyaman dan bahagia. Jadi, jagalah pikiran Anda supaya tetap positif supaya perasaan hati Anda terjaga tetap tenang dan merasa bahagia.


Sumber : Rudy Lim ( Motivator Indonesia )

Wednesday, October 14, 2009

Gedong Gincu Vs Gedong Apel.

Beli Gincu dapat Apel ? Apakah merupakan sebuah musibah atau anugerah? Simak kisah nyata yang pernah saya alami dan petik manfaatnya sebagai tambahan motivitamin bagi kehidupan anda. Sekitar 4 tahun yang lalu saya membeli sebuah pohon mangga cangkokan dengan harga yang cukup tinggi. Saya menanamnya ditengah halaman depan rumah saya. Saya membeli pohon mangga jenis Gedong Gincu asal Indramayu yang terkenal dengan rasa manisnya yang khas dan warnanya yang merah mencolok seperti gincu atau pemerah bibir.

Mangga jenis ini harganya relatif paling mahal dibandingkan dengan jenis mangga lokal lainnya, bisa mencapai Rp. 25.000 sampai 40.000,- per kilogramnya.

Saya menanamnya dengan suatu harapan nanti setiap tahun dapat menikmati panen buah mangga gedong gincu yang menjadi mangga favorit saya. Saya menyadari bahwa buah mangga yang diperoleh dari pohon yang saya tanam sendiri akan terasa lebih nikmat daripada mangga yang saya beli di pasar.

Pada bulan-bulan pertama pohon ini tumbuh subur tetapi tidak berbuah, hanya berdaun sangat lebat. Teman-teman dan saudara-saudara saya saat berkunjung ke rumah saya melihat pohon itu dan berkomentar bahwa pohon itu tidak akan berbuah. Mereka juga bercerita bahwa mereka telah sering membeli pohon mangga cangkokan walau pun telah berbuah saat di beli tetapi tidak pernah berbuah lagi setelah ditanam di rumah. Hanya berdaun lebat saja sampai bertahun-tahun. “Sebaiknya ditebang saja, diganti pohon lain yang mudah berbuah”, kata mereka.

Setelah ditunggu dengan kesabaran selama setahun, ternyata pohon itu mulai berbunga dan berbuah. Saya merasa sangat berbahagia dan mulai timbul suatu harapan.

Tetapi kemudian saya merasa sangat kecewa setelah mengetahui bahwa saya telah dibohongi oleh penjual pohon mangga. Ternyata pohon yang telah saya tanam bukan pohon mangga Gedong Gincu, tetapi pohon mangga Gedong Apel yang buahnya berbentuk bulat seperti buah Apel. Mangga Gedong Apel ini memang mirip seperti mangga Gedong Gincu. Yang membedakan adalah rasa buahnya yang masam kecut, serat buahnya yang lebih halus, dan bentuknya lebih bulat seperti buah apel. Pupus sudah harapan saya memiliki pohon mangga Gedong Gincu. Perasaan sangat kesal dan kecewa timbul dalam hati saya.

Ingin rasanya saya marah-marah dan memaki-maki penjual pohon mangga yang sekarang entah berada di mana. Mengingat saya telah selama setahun merawat pohon mangga tersebut dengan penuh perhatian, memberinya pupuk, menyiraminya, dengan harapan memiliki pohon berbuah mangga Gedong Gincu yang menjadi buah favorit saya.

Sempat terpikir untuk menebang pohon itu dan menggantinya dengan pohon buah yang lain. Tetapi kemudian saya berpikir bahwa hal ini terjadi bukan karena kesalahan pohon mangga tersebut. Dia juga makhluk hidup yang ingin tumbuh dan berkembang. Kasihan kalau ditebang.

Mungkin sebagian akan orang berpikir, “Pohon mangga saja kok dikasihani ?”. Tetapi itulah diri saya, senang mengasihi, termasuk kepada binatang mau pun tanaman. Apakah mungkin karena saya diberi nama Victor Asih, ya ? “Nama yang agak aneh”, kata beberapa orang yang bingung menebak apakah ini adalah nama pria atau wanita. Mungkin harapan orang tua saya, yang memberi nama itu, adalah supaya kelak saya menjadi orang yang penuh welas asih terhadap semua makhluk hidup ?

Anyway, akhirnya saya memutuskan untuk membiarkan pohon mangga itu tetap tumbuh subur di tengah halaman depan rumah. Saya juga tetap merawatnya dengan baik. Saya tetap memberinya pupuk, menyiraminya, dan terkadang menyiraminya dengan sisa air minum susu yang tidak dihabiskan oleh putri kecil saya yang cantik dan lucu.

Akhirnya saya hanya menikmati indahnya buah-buah mangga Gedong Apel yang berwarna merah mencolok seperti gincu dan berbentuk seperti apel bergelantungan di pohon. Begitu indah dilihat, bisa meredakan stress dan terlihat menggiurkan untuk dipetik dan disantap. Tetapi buah tersebut tidak pernah saya petik, karena saya pernah merasakan masam kecutnya mangga masak yang saya petik. Untuk dibuat rujak pun rasanya masih terlalu masam.

Sampai pada suatu saat, buah-buah mangga Gedong Apel itu berjatuhan sendiri karena sudah terlalu matang di pohon. Saya mengambil buah-buah mangga yang berjatuhan dan menyimpannya di lemari pendingin. Buah mangga itu saya berikan pada siapa pun yang mau menerimanya.

Suatu saat saya terkejut pada saat mengetahui bahwa orang-orang yang memakan buah mangga tersebut berkata bahwa mangganya sangat manis sekali dan begitu enak sekali rasanya. Rasanya sangat unik dan lezat. Saya lalu merasa penasaran mencobanya sendiri. Ternyata memang benar! Rasanya sangat manis lezat, jauh lebih enak daripada mangga Gedong Gincu yang biasa saya makan.

Tetapi anehnya, kalau buah mangga yang dipetik sewaktu masih bergelantungan di pohon terasa masam kecut walau pun sudah masak kuning kemerahan. Tetapi kalau buah mangga yang terjatuh sendiri karena terlalu masak di pohon terasa sangat manis dan lembut daging buahnya.

Sekarang saya menunggu buah mangga terjatuh dengan sendirinya untuk dapat menyantap buah mangga yang lezat dari pohon itu. Untungnya, pohon itu berbuah lebat, sehingga saya tidak harus menunggu lama pasti selalu ada yang terjatuh karena telah terlalu masak.

Sekarang pohon itu membuat halaman rumah saya semakin teduh. Dia berbuah lebat walau pohonnya tidak besar dan tingginya pun hanya sekitar 3 meter saja. Tiap saat selalu berbunga dan berbuah terus menerus sepanjang tahun tidak mengenal musim.

Melalui jendela ruang kerja saya, saya bisa merasakan keteduhan menatap pohon mangga sambil mengetik artikel ini di komputer notebook saya. Buah-buah mangga cantik yang bergantungan merupakan pemandangan indah yang menyenangkan hati saya. Saya bersyukur karena dahulu saya tidak menebang pohon mangga tersebut pada saat saya merasa kecewa dengan buahnya.

Saya mengambil suatu pelajaran berharga dari apa yang telah saya alami, bahwa “Semua akan menjadi indah tepat pada waktunya jika kita selalu berusaha memberi yg terbaik”. Seperti buah mangga Gedong Apel tadi yang menjadi sangat manis dan lezat tepat pada waktunya setelah menjadi masak dan terjatuh dari pohonnya.

Mungkin saja saat ini anda sedang mengalami persoalan hidup yang membuat anda kecewa dan sakit hati karena tidak sesuai dengan harapan anda. Tetapi tetaplah berusaha memberikan yang terbaik dan jangan melihat hasil saat ini, maka semua akan menjadi indah tepat pada waktunya. Semua bisa berubah. Apa yang kita tabur akan kita tuai. Apa yang telah kita “tanam” tidak akan menjadi sia-sia asalkan kita mau bertekun dalam memberi yang terbaik.

Membangun Keyakinan Diri.

Setiap orang yang dilahirkan pastilah memiliki bakat, kepintaran ataupun kemampuan yang relatif berbeda satu dengan yang lainnya. Namun terkadang mereka sulit untuk menemukan hal tersebut dalam dirinya sehingga tidak dapat meraih prestasi yang maksimal. Bahkan terkadang seseorang mencoba membanding bandingkan kemampuan yang dimilikinya dengan orang lain hingga membuat mereka merasa rendah diri. Padahal sering kali seseorang tidak bisa sukses bukan karena tidak memiliki bakat, kepintaran ataupun kemampuan tetapi karena mereka tidak memiliki rasa percaya diri dan mental yang baik.

Jika kita melihat para juara dunia sejati, baik itu di bidang bisnis, ilmu pengetahuan, politik kenegaraan, pendidikan, atau bahkan seorang religius sekalipun, semuanya punya kepercayaan diri yang kuat. Kalau mereka gagal, mereka segera bangkit lagi. Mereka berani menentukan target, berani mulai melangkah dan berani berjuang mewujudkan keberhasilan. Mereka terus bertahan dan terus melangkah walaupun keberhasilan kelihatan jauh dari pandangan mata.

Salah satu cerita tokoh yang luar biasa adalah Kolonel Sanders. Pada waktu ia menawarkan resep rahasia ayam gorengnya kepada orang lain. Dibutuhkan lebih dari 1.000 kali penolakan sebelum dia berhasil menjual waralaba KFC pertamanya. Padahal usianya waktu itu terbilang sudah lanjut tetapi berkat usaha dan kerja kerasnya akhirnya ia berhasil untuk mewujudkan cita citanya.

Atau cerita tentang penemuan bola lampu pijar oleh Thomas A. Edison. Sebelum berhasil menemukan bola lampu, ia mengalami sembilan ratus sembilan puluh sembilan kegagalan dan baru pada percobaannya yang ke seribu ia berhasil menciptakan bola lampu pertamanya. Dan ketika ditanya dalam sebuah wawancara oleh Napoleon Hill,Mr Edison apa yang anda rasakan ketika mengalami 999 kegagalan?. Mr Edison menjawab," maaf saya tidak pernah gagal, saya sudah menemukan 999 cara yang tidak boleh dilakukan untuk menciptakan sebuah bola lampu". Sebuah kata luar biasa yang hanya bisa diucapkan oleh seseorang yang memiliki kepercayaan dan keyakinan diri yang tinggi terhadap apa yang ia kerjakan.

Dari cerita di atas memberikan inspirasi dan semangat kepada kita bahwa keyakinan atas pencapaian tujuan dan semangat pantang menyerah akan menjadi kunci penentu dalam keberhasilan hidup. Karena kita tak pernah tahu, kapan datangnya kesuksesan. Mungkin kelihatan jauh, walaupun sudah begitu dekat. Keberanian untuk terus mencoba merupakan faktor kunci yang membedakan antara seorang yang gagal dengan orang yang berhasil meraih impiannya.

Coba sejenak anda pikirkan jika di tengah tengah perjuangan, mereka menyerah pada kegagalan dan tak melanjutkan apa yang menjadi cita citanya. Apakah yang akan mereka rasakan pada akhir hayatnya? Penyesalan atau kebahagiankah yang mereka rasakan?. Sekarang marilah kita tanyakan pada diri kita, apakah kita begitu mudah menyerah dan berhenti mencoba dalam usaha meraih impian yang kita inginkan dalam hidup? Jika anda merasa ragu untuk memperjuangkannya, tanyakan kembali pada diri anda, apakah impian anda merupakan sesuatu yang sungguh-sungguh pantas diperjuangkan dan memberikan makna dalam hidup kita? Jika ya, maka pencapaian impian tersebut wajib anda perjuangkan. Jadikan impian itu suatu tanggung jawab, sesuatu yang akan kita sesali bila kita tidak pernah mencapainya. Lalu balut keyakinan tersebut dengan paradigma mencoba sekali lagi. Hambatan apa pun yang akan terjadi, kita selalu yakin dengan impian kita, lalu kita bangkit dan mencoba sekali lagi.

Dengan mengembangkan mental diri yang positif, maka kita akan memiliki kepercayaan diri yang kuat. Akhir kata, teruslah berjuang untuk meraih impian dan tujuan dalam hidup anda. Karena pada hakekatnya tidak ada keberhasilan yang sejati tanpa melalui sebuah proses kegagalan. Ketika kegagalan datang yakinlah bahwa anda sudah berada satu langkah semakin dekat dengan keberhasilan. Jangan biarkan ketakutan akan kegagalan menghilangkan tujuan sejati hidup anda.

Sumber : Dipankara Jayaputra

Tuesday, October 13, 2009

Ini Hal yang Baik.

Cerita bermula tentang seorang raja di afrika yang memiliki teman dekat yang juga teman sepermainan semasa kecil. Sang Teman mempunyai sebuah kebiasaan melihat setiap kejadian dalam hidupnya baik positif mau negatif dengan sepatah kata “ini hal yang baik”.

Suatu hari sang Raja dan temannya itu pergi berburu ke hutan. Seperti biasanya temannya akan mengisi dan menyiapkan senapan berburu buat sang Raja. Rupanya tanpa sengaja sang Teman membuat kelalaian ketika menyiapkan salah sebuah senapan tersebut. Sebab begitu raja mengambil senapan meletuslah senapan itu dan ibu jari sang Raja pun tertembak.

Melihat kejadian itu, seperti biasanya pula sang Teman berujar, “ini adalah hal yang baik!”

Tetapi apa jawab sang Raja?

“Tidak, ini bukan hal yang baik!” dan saat itu juga sang Raja langsung memenjarakan temannya.

Sekitar setahun kemudian, sang Raja pergi berburu di sebuah daerah yang seharusnya tidak dijelajahi. Di sana orang-orang kanibal pemakan manusia pun menangkap sang Raja dan membawanya ke kampung mereka. Mereka mengikat sang Raja, menyusun kayu bakar, menaikkan sebuah pancang dan menyeretnya ke tiang itu. Begitu mereka mendekat untuk menghidupkan api unggun, mereka baru menyadari kalau ibu jari tangan sang Raja hilang satu. Sesuai kepercayaan mereka yang selama ini tak pernah memakan orang yang tidak lengkap organ tubuhnya, maka mereka pun melepaskan ikatan tangan sang Raja dan membebaskannya.

Begitu tiba di istana, sang Raja teringat kembali kejadian yang telah membuatnya kehilangan ibu jari tangannya dan merasa penyesalan yang dalam atas perlakuannya kepada temannya dahulu. Ia pun segera menuju penjara untuk menemui temannya.

“Engkau benar”, ujar sang raja. “Memang hal yang baik kalau ibu jari saya tertembak.”

Dan raja pun menceritakan kepada temannya semua telah dialaminya. Dan karena itulah aku sangat menyesal telah memenjarakanmu begitu lama. Sungguh tidak pantas aku memperlakukanmu demikian rupa.

“Tidak”, jawab temannya, “Begitu juga baik.”
“Apa maksudmu mengatakan bahwa ini hal yang biasa juga? Baik apanya kalau aku telah memenjarakan teman sendiri selama satu tahun?”
“Kalau hamba tidak dipenjara, hamba pasti akan bersama paduka ketika paduka ditangkap kanibal-kanibal itu, dan nasib hamba tentu lebih buruk lagi.”

Pesan : HIDUP LEBIH BERARTI BILA PANDAI MENGAMBIL HIKMAHNYA.

Sumber : Ibu Murdiana Bakti ( Grup Motivasi Indonesia [FB] )

Facing The Failure.

"People are always blaming their circumstances for what they are. I don't believe in circumstances. The people who get on in this world are the people who get up and look for the circumstances they want, and, if they can't find them, make them". George Bernard Shaw

Pepatah bijak mengatakan bahwa kegagalan adalah proses belajar yang harus dilalui. Tanpa adanya kegagalan, yang namanya keberhasilan tidak akan pernah diketemukan. Thomas Alfa Edison adalah contoh yang nyata. Setelah ribuan kali mengalami kegagalan untuk menemukan listrik, akhirnya beliau berhasil. Pemenang sejati adalah pemenang yang mampu mentoleransi kegagalan yang dialami serta berjuang untuk meraih keberhasilan dan bukannya menyerah pada keadaan. Disamping itu, keberhasilan akan diraih jika seseorang berani mengambil resiko dan tidak takut akan kehilangan / kegagalan. "Failures are divided into two classes - those who thought and never did, and those who did and never thought" John Charles Salak.

MENGHADAPI KEGAGALAN

Sadarilah bahwa :

1. Kegagalan adalah suatu proses pembelajaran. Seyogianya, reaksi yang timbul dikala gagal, bukanlah menyalahkan orang - orang lain tetapi adalah diri sendiri melalui introspeksi. Metode ini, akan menimbulkan :

  • Keinginan yang mendalam untuk mengetahui "mengapa" kegagalan ini terjadi. Setelah diketahui penyebabnya maka dicari solusi agar kegagalan ini tidak sampai terjadi lagi. "It is wise to keep in mind that no success or failure is necessarily final" Anonymous
  • Standard baku sebagai acuan dasar agar dimasa mendatang, kegagalan bisa diminimalkan atau tidak sampai terjadi lagi. "In order to succeed, you must first be willing to fail" Anonymous
  • Sukses sebagai hasil dari mau / berani menghadapi kegagalan dengan analisa / evaluasi dan memperbaikinya. "Success is not permanent. The same is also true of failure" Dell Crossword

Secara tidak langsung, kegagalan juga mengajarkan kepada kita bahwa jalur yang dilalui adalah jalur yang salah. Semua, tergantung kepada diri kita, mau menyerah atau maju terus. Jika menyerah berarti sampai kapanpun juga yang namanya keberhasilan "hanya" akan merupakan angan - angan tidak akan pernah ter - realisirkan. "Yesterday's failures are today's seeds. That must be diligently planted to be able to abundantly harvest Tomorrow's success" Anonymous

2. Kegagalan adalah salah satu langkah menuju kesuksesan. Tanpa dialaminya kegagalan, seseorang akan sulit untuk menentukan langkah selanjutnya. Dengan adanya kegagalan, seseorang akan tahu pasti bahwa jalur ini dibenarkan sedangkan jalur itu tidak dibenarkan (karena telah pernah gagal). Apakah suatu kegagalan akan selalu berkonotasi negatif atau tidak, sangatlah ditentukan oleh sikap kita dikala menghadapinya. Jika dihadapi dengan sikap potitif maka konotasinya akan menjadi positif karena adanya perbaikan dan begitu pula sebaliknya. "Your failures won't hurt you until you start blaming them on others" Anonymous.

3. Kegagalan bukanlah berarti akhir dari segala – galanya. Dengan dialaminya kegagalan, biasanya akan membuat seseorang semakin dewasa serta waspada / mawas diri. Setiap langkah atau tindakan akan di "filter" berkali - kali agar tidak terjadi hal – hal yang tidak diinginkan. "Keep in mind that neither success nor failure is ever final" Roger Ward BaBson

Kesimpulan :

Kegagalan bukanlah suatu hal yang ditakuti atau dihindari tetapi harus dihadapi. Melalui kegagalan, akan diketemukan apa yang namanya sukses. Jangan menyerah dan pasrah, itulah kunci utama untuk menghadapi kegagalan. "When one door closes another door opens; but we often look so long and so regretfully upon the closed door, that we do not see the ones which open for us" Alexander Graham Bell.


Sumber : Peter Lim.

Rencana Tanpa Tindakan.

ini merupakan alasan kenapa banyak diantara kita mengalamai kegagalan. Rencana merupakan hal yang akan sangat membantu dalam proses pencapaian mimpi, karena akan memudahkan seseorang untuk mengambil tindakan. Namun rencana akan selamanya menjadi rencana, tidak akan memberikan pengaruh apa-apa apabila tidak disertai dengan action atau tindakan. Ada satu hal menarik tentang sifat orang pintar, saya menyebutnya sebagai ”Sindrom Orang Pintar”. Sindrom ini hampir menjangkit sebagian besar manusia pintar di bumi ini. Kebanyakan karena kepinterannya ia pandai sekali dalam menyusun konsep, menganalisa dan membuat peramalan marketing terhadap sebuah bisnis atau usaha yang akan dilakukan.

Sebagai contoh ada seorang lulusan ahli ekonomi, ia mendapatkan predikat cumlaude dari perguruan tinggi dimana ia diluluskan. Ketika ia akan mendirikan sebuah jaringan bisnis franchise bakso, ia menganalisa bagaimana marketingnya, untung ruginya, kapan pengembalian modal dan lain-lain. Karena kepintaran dia menganalisa maka ia yakin bahwa bisnisnya akan mengalami kerugian, akhirnya munculah ketakutan yang besar untuk membuka usaha. Sehingga ia mengurungkan niatnya untuk membuka usaha untuk kini dan sepanjang masa. Inilah titik perbedaan antara orang yang pintar Vs orang yang biasa-biasa saja. Kebanyakan orang yang berpikir biasa-biasa saja ketika akan mendirikan sebuah usaha tidak pernah memikirkan resiko yang ada dibelakangnya akankah ia rugi ataukah untung. Ia asal saja dalam membuka bisnis, yang dibutuhkan hanya keNEKATan.

Namun terbukti di lingkungan kita sendiri, dapat Anda perhatikan secara mendalam bahwa ternyata banyak orang-orang besar pemilik sebuah usaha adalah orang yang tidak berpendidikan tinggi dan mereka memperkerjakan orang-orang pintar untuk menjalankan dan memajukan usaha yang digelutinya. Sepatutnya kita mengambil pelajaran dari hal ini. Anda sebagai orang yang akan menjadi sukses harus bisa mengkombinasikan pemikiran orang-orang pintar dan orang biasa dengan menyeimbangkan antara rencana dan tindakan. Jangan terlalu banyak berpikir untuk memulai usaha, namun jangan terlalu nekat untuk memulai usaha. Kedua-duanya harus dilakukan secara seimbang. No action nothing happen, with action miracle happen!!


Sumber : Firman Erry Probo

Filosofi Memanah.

Alkisah, di suatu senja yang kelabu, tampak sang raja beserta rombongannya dalam perjalanan pulang ke kerajaan dari berburu di hutan. Hari itu adalah hari tersial yang sangat menjengkelkan hati karena tidak ada satu buruan pun yang berhasil dibawa pulang. Seolah-olah anak panah dan busur tidak bisa dikendalikan dengan baik seperti biasanya.

Setibanya di pinggir hutan, raja memutuskan beristirahat sejenak di rumah sederhana milik seorang pemburu yang terkenal karena kehebatannya memanah. Dengan tergopoh-gopoh, si pemburu menyambut kedatangan raja beserta rombongannya.

Setelah berbasa-basi, tiba-tiba si pemburu berkata, "Maaf baginda, sepertinya baginda sedang jengkel dan tidak bahagia. Apakah hasil buruan hari ini tidak memuaskan baginda?"

Bukannya menjawab pertanyaan, sang raja malah beranjak menghampiri sebuah busur tanpa tali yang tergeletak di sudut ruangan. "Pemburu, kenapa busurmu tidak terpasang talinya? Apakah engkau sudah tidak akan memanah lagi?" tanya sang raja dengan nada heran dan terkejut.

"Bukan begitu baginda, tali busur memang sengaja hamba lepas agar busur itu bisa ‘istirahat'. Jadi, ketika talinya hamba pasang kembali, busur itu tetap lentur untuk melontarkan anak panahnya. Karena berdasarkan pengalaman hamba, tali busur yang tegang terus menerus, tidak akan bisa dipakai untuk memanah secara optimal".

"Wah, hebat sekali pengetahuanmu! Ternyata itu rahasia kehebatan memanahmu selama ini ya," kata baginda.

"Memang, kami turun temurun adalah pemburu. Dan pelajaran seperti ini sudah ada sejak dari dulu. Untuk memaksimalkan alat berburu, kebiasaan seperti itulah yang harus hamba lakukan. Mohon maaf baginda, masih ada pelajaran lainnya yang tidak kalah penting yang biasa kami lakukan."

"Apa itu?" tanya baginda penasaran.

"Menjaga pikiran. Karena sehebat apapun busur dan anak panahnya, bila pikiran kita tidak fokus, perasaan kita tidak seirama dengan tangan, anak panah dan busur, maka hasilnya juga tidak akan maksimal untuk bisa mencapai sasaran buruan yang kita inginkan".

Mendengar penjelasan si pemburu, tampak sang raja terkesima untuk beberapa saat. Tiba-tiba tawa sang raja memenuhi ruangan. "Terima kasih sobat. Terima kasih. Hari ini rajamu mendapat pelajaran yang sangat berharga dari seorang pemburu yang hebat."

Setelah cukup beristirahat, raja pun berpamitan pulang dengan perasaan gembira. Dan timbul keyakinan, lain kali pasti akan berhasil lebih baik.

Para pembaca yang luar biasa,

Pengertian tentang mengistirahatkan tali busur (agar saat dipakai lagi tali tetap punya daya lentur yang kuat) dan fokus dalam memanah, sangat baik sekali. Kedua pengertian ini dapat kita aplikasikan ke dalam kehidupan kita sehari-hari. Kita butuh keahlian dalam mengatur irama kerja dan saat kapan kita harus beristirahat, agar keefektivitasan kerja tetap terjaga. Dan, kemampuan (untuk) fokus dalam melakukan segala kegiatan harus mampu kita bina dan tumbuh kembangkan.

Dengan kemampuan mengunakan dua kekuatan tadi, tentu kita akan menjadi manusia yang efektif dalam menggeluti usaha dan pasti (hasilnya) akan maksimal dan memuaskan.

Salam sukses luar biasa!!!

Sumber : Andrie Wongso ( Motivator Indonesia )

Monday, October 12, 2009

Keseimbangan Hidup

Dikisahkan, suatu hari ada seorang anak muda yang tengah menanjak karirnya tapi merasa hidupnya tidak bahagia. Istrinya sering mengomel karena merasa keluarga tidak lagi mendapat waktu dan perhatian yang cukup dari si suami. Orang tua dan keluarga besar, bahkan menganggapnya sombong dan tidak lagi peduli kepada keluarga besar. Tuntutan pekerjaan membuatnya kehilangan waktu untuk keluarga, teman-teman lama, bahkan saat merenung bagi dirinya sendiri.

Hingga suatu hari, karena ada masalah, si pemuda harus mendatangi salah seorang petinggi perusahaan di rumahnya. Setibanya di sana, dia sempat terpukau saat melewati taman yang tertata rapi dan begitu indah.

"Hai anak muda. Tunggulah di dalam. Masih ada beberapa hal yang harus Bapak selesaikan," seru tuan rumah. Bukannya masuk, si pemuda menghampiri dan bertanya, "Maaf, Pak. Bagaimana Bapak bisa merawat taman yang begitu indah sambil tetap bekerja dan bisa membuat keputusan-keputusan hebat di perusahaan kita?"

Tanpa mengalihkan perhatian dari pekerjaan yang sedang dikerjakan, si bapak menjawab ramah, "Anak muda, mau lihat keindahan yang lain? Kamu boleh kelilingi rumah ini. Tetapi, sambil berkeliling, bawalah mangkok susu ini. Jangan tumpah ya. Setelah itu kembalilah kemari".

Dengan sedikit heran, namun senang hati, diikutinya perintah itu. Tak lama kemudian, dia kembali dengan lega karena mangkok susu tidak tumpah sedikit pun. Si bapak bertanya, "Anak muda. Kamu sudah lihat koleksi batu-batuanku? Atau bertemu dengan burung kesayanganku?"

Sambil tersipu malu, si pemuda menjawab, "Maaf Pak, saya belum melihat apa pun karena konsentrasi saya pada mangkok susu ini. Baiklah, saya akan pergi melihatnya."

Saat kembali lagi dari mengelilingi rumah, dengan nada gembira dan kagum dia berkata, "Rumah Bapak sungguh indah sekali, asri, dan nyaman." tanpa diminta, dia menceritakan apa saja yang telah dilihatnya. Si Bapak mendengar sambil tersenyum puas sambil mata tuanya melirik susu di dalam mangkok yang hampir habis.

Menyadari lirikan si bapak ke arah mangkoknya, si pemuda berkata, "Maaf Pak, keasyikan menikmati indahnya rumah Bapak, susunya tumpah semua".

"Hahaha! Anak muda. Apa yang kita pelajari hari ini? Jika susu di mangkok itu utuh, maka rumahku yang indah tidak tampak olehmu. Jika rumahku terlihat indah di matamu, maka susunya tumpah semua. Sama seperti itulah kehidupan, harus seimbang. Seimbang menjaga agar susu tidak tumpah sekaligus rumah ini juga indah di matamu. Seimbang membagi waktu untuk pekerjaan dan keluarga. Semua kembali ke kita, bagaimana membagi dan memanfaatkannya. Jika kita mampu menyeimbangkan dengan bijak, maka pasti kehidupan kita akan harmonis".

Seketika itu si pemuda tersenyum gembira, "Terima kasih, Pak. Tidak diduga saya telah menemukan jawaban kegelisahan saya selama ini. Sekarang saya tahu, kenapa orang-orang menjuluki Bapak sebagai orang yang bijak dan baik hati".

Teman-teman yang luar biasa,

Dapat membuat kehidupan seimbang tentu akan mendatangkan keharmonisan dan kebahagiaan. Namun bisa membuat kehidupan menjadi seimbang, itulah yang tidak mudah.

Saya kira, kita membutuhkan proses pematangan pikiran dan mental. Butuh pengorbanan, perjuangan, dan pembelajaran terus menerus. Dan yang pasti, untuk menjaga supaya tetap bisa hidup seimbang dan harmonis, ini bukan urusan 1 atau 2 bulan, bukan masalah 5 tahun atau 10 tahun, tetapi kita butuh selama hidup. Selamat berjuang!

Salam sukses luar biasa!!

Sumber : Andrie Wongso ( Motivator indonesia )

Kisah Ibunda

Suatu pagi di sebuah perkampungan miskin. Tampak seorang ibu dengan penuh semangat sedang membikin adonan untuk membuat tempe, pekerjaan membuat dan menjual tempe telah digeluti selama bertahun-tahun sepeninggal suaminya.

Saat membuat adonan, sesekali pikirannya menerawang pada sepucuk surat yang baru diterima dari putranya yang sedang menuntut ilmu di rantau orang. Dalam surat itu tertulis, "Bunda tercinta, dengan berat hati, ananda mohon maaf harus mohon dikirim uang kuliah agar dapat mengikuti ujian akhir. Ananda mengerti bahwa bunda telah berkorban begitu banyak untuk saya. Ananda berharap secepatnya menyelesaikan tugas belajar agar bisa menggantikan bunda memikul tanggung jawab keluarga dan membahagiakan bunda. Teriring salam sayang dari anakmu yang jauh".

Dua hari lagi adalah hari pasaran, biasanya tempe hasil buatan si ibu di bawa ke pasar untuk dijual. Kali ini, tempe yang dibuat dalam jumlah yang lebih banyak dari biasanya, dengan harapan mendapatkan lebih banyak uang sehingga bisa mengirimkan ke anaknya.

Sehari menjelang hari pasar, hati dan pikiran si ibu panik karena tempe buatannya tidak jadi, entah karena konsentrasi yang tidak penuh atau porsi tempe yang dibuat melebihi biasanya. Kemudian si ibu pun sibuk berdoa dengan khusuk di sela-sela waktu yang tersisa menjelang keberangkatannya ke pasar, memohon kepada Tuhan diberi kemujizatan agar tempenya siap di jual dalam keadaan jadi. Tetapi sampai tibanya dia di pasar, tempenya tetap belum jadi.

Sepanjang hari itu dagangannya tidak laku terjual. Si ibu tertunduk sedih, matanya berkaca-kaca membayangkan nasib anaknya yang bakal tidak bisa mengikuti ujian. Saat hari pasar hampir usai para pedagang lain pun mulai meninggalkan pasar, tiba-tiba datang seorang ibu berjalan dengan tergesa-gesa, "Bu, saya nyari tempe yang belum jadi, dari tadi nggak ada, ibu tahu saya harus cari kemana?" "untuk apa tempe belum jadi kok di cari?" Tanya si penjual heran "Saya mau membeli untuk di kirim ke anak saya di luar kota, dia sedang ngidam tempe khas kota ini" kata ibu calon pembeli. Ibu penjual tempe ternganga mendengar kata-kata yang baru di dengarnya, seakan tak percaya pada nasib baiknya, seolah tangan Tuhan memberi kemurahan kepadanya. Akhirnya tempe dagangannya diborong habis tanpa sisa. Dia begitu senang, bersyukur dan menambah keyakinan bahwa Tuhan tidak akan pernah meninggalkan diri umatnya selama manusia itu sendiri tidak putus asa dan tetap berjuang .

Kekuatan berusaha dan berdoa

Pepatah kuno menyatakan, Ora et labo`ra, berusaha dan berdoa. Memang, doa dan usaha harus seiring dan sejalan dalam perjalanan hidup setiap manusia. Doa dibutuhkan untuk mengingatkan kita agar senantiasa menapak langkah di jalan benar yang diridhoi oleh yang Maha Kuasa dan tetap mampu bersikap sabar, gigih dan ulet saat menghadapi segala macam halangan, rintangan dan cobaan, sekaligus mampu memelihara antusiasme dalam memperjuangkan apa yang telah kita tetapkan demi mewujudkan kesuksesan.

Salam Sukses Luar Biasa!!!

Sumber : Andrie Wongso ( Motivator Indonesia )

5 Menit Saja.

Pada suatu hari seorang wanita duduk di taman di samping seorang laki-laki.

Wanita itu menunjuk seorang anak laki-laki, "itu anakku."

Anak itu sedang bermain di papan luncuran.

"Wah bagus sekali" kata laki-laki itu. "Itu anakku" ia menunjuk anak laki-laki yang bermain ayunan.

Setelah cukup lama laki-laki itu melihat arlojinya kemudian mengajak anaknya untuk pulang.

Namun, anaknya merengek "5 menit lagi ya Pa?"

Laki-laki itu mengangguk. Lima menit berlalu. Kemudian ia mengajak anaknya untuk pulang.

Lagi-lagi anaknya merengek "5 menit lg ya pa?"

Laki-laki itu lagi-lagi mengangguk. Wanita yang duduk di sampingnya kagum dan memuji betapa sabarnya dia sebagai seorang ayah. Laki-laki kemudian bercerita tentang anaknya yang lebih tua, terbunuh selagi bersepeda di dekat situ. Ia tak pernah meluangkan waktu untuk anaknya. Ia bernazar tidak akan mengulanginya lagi terhadap anaknya yang kedua.

"Mungkin anak saya pikir dia mendapatkan tambahan waktu bermain, tapi sayalah yang dapat tambahan waktu untuk bersamanya dan menikmati waktu bahagia dengannya.

Hidup ini bukanlah lomba. Hidup adalah membuat prioritas. Berikanlah tambahan waktu 5 menit pada orang yang kita kasihi. Pasti kita tak akan menyesal selamanya. Prioritas apa yang Anda miliki saat ini?

Sumber : Ibu Listia ( Grup PUSAT MOTIVASI INDONESIA [FB] )

Sunday, October 11, 2009

Melompati Rintangan-Rintangan Anda.

Alkisah, Seorang pria juara lompat gawang yang memperoleh banyak medali pada saat masih di Universitas. Sangat jarang ada yang bisa mengalahkannya. Dia menjadi lambang keanggunan, kegesitan, dan cara mengatur kaki secara cepat. Dia mempunyai banyak teman yang mengaguminya karena kecakapan atletisnya, dan seorang bos telah memberinya sebuah pekerjaan sebagai seorang salesman pada perusahaan asuransinya. Tahun-tahun berlalu. Ia menikah dan sekarang mempunyai anak laki-laki berusia 5 tahun. Namun ia, entah mengapa, tidak pernah mengalami kemajuan dalam bidangnya sebagai seorang salesman.

Ia menyenangkan, mudah berteman, tetapi hanya dapat menjual sejumlah kecil asuransi selama setahun. Tampaknya ia tidak mempunyai keberanian, pertahanan, atau hasrat yang lebih besar untuk meraih “kesempurnaan” seperti yang pernah ia capai saat lomba lompat gawang. Ketakutan bahwa ia tidak akan menjadi salesman yang sempurna menguasai dirinya, mengubah citra dirinya. Ia menjadi mudah frustasi ketika ditolak oleh pelanggannya. Ia lupa bahwa ia telah mengatasi kesalahan-kesalahan dalam gawang rintangan dengan berlatih di ketekunan saat dia di Universitas.

Suatu hari pada saat reuni kelas di Universitas, ia bertemu dengan teman sekelasnya dulu. Mereka menghabiskan banyak waktu bersama di halaman. Beberapa mahasiswa sedang berlatih melompati gawang-gawang rintangan. Teman-temannya membujuk dia untuk memperlihatkan sisa kehebatannya dulu. Ia minum satu dua teguk air dari gelasnya, membawa sepasang sepatu karet dan buru-buru melompati gawang-gawang rintangan sambil mengingat betapa hebatnya ia dulu. Ia tergelincir dan kakinya keseleo. Selama 1 bulan ia digips dan hal tersebut membuatnya berpikir, dan berintrospeksi diri.

Ia mengingat-ingat kembali bahwa ia dulu menjadi juara karena latihan yang terus menerus, dengan mengatasi kegagalan-kegagalan. Sekarang ia sadar dirinya telah tua untuk lomba lompat gawang. Namun ia ingat ketika masih mahasiswa ia memiliki percaya diri dan tahu betul kemampuannya. Ia juga ingat keberanian, harga diri, penerimaan dirinya. Ia ingat bahwa ia punya “panduan batin” (sense of direction) yang jelas ketika melompati gawang-gawang rintanan menuju cita-cita. Tiba-tiba ia sadar bahwa tidak ada alasan di bumi ini yang membuatnya tak bisa lagi menjadi seorang juara salesman. Mengapa ia tidak melompati rintangan-rintangan dalam pekerjaannya, mengapa ia tidak dapat berbuat lebih baik ? Ia tahu bahwa ketakutan dan rasa kurang percaya diri mengalahkannya dari menjadi seorang juara.

Ketika ia sudah lebih baik, ia mendekati penjualan asuransi dengan pengertian yang sama, kegigihan yang sama sebagaimana ia pernah terapkan ketika lompat gawang rintangan. Ia mencari akal bagaimana mendekati pelanggan dan mengatasi hambatan-hambatan yang mungkin. Dalam waktu kurang dari 1 tahun ia menjadi salesman top-flight, menambah jumlah pendapatannya dan ia juga hidup sangat bahagia.

Pesan :

Kita juga dapat melompati rintangan-rintangan ketegangan dan stress dengan mencegah kegagalan-kegagalan masa lalu yang menghambat kita. Kita harus mendekati cita-cita kita sekarang dengan kepercayaan, dengan keyakinan pada diri sendiri, sehingga kita dapat bangkit mengatasi kegagalan-kegagalan, ketahuilah kita dapat mengatasi problem hidup. Terutama saat-saat seperti sekarang dimaan kita mengalami krisis global, terjadi banyak pengurangan karyawan, likuidasi dan merger perusahaan, yang akan banyak berdampak pada perekonomian kita. Tetaplah optimis dan percayalah bahwa : “Di setiap krisis pasti ada peluang yang lebih besar”

Semoga bermanfaat, dan Salam Hebat Luar Biasa !


Sumber : Rudy Lim ( Motivator Indonesia )

Saturday, October 10, 2009

Kerja Ikhlas = Kerja Bodoh ?

Di jaman yang hampir semua hal diukur dengan materi, kerja ikhlas menjadi hal yang langka. Pelakunya pun kerap disebut orang aneh, orang antik atau orang yang melakukan hal bodoh. Kebanyakan orang di jaman ini memang bekerja dengan "tulus" tetapi tidak ikhlas! "

Lho, apa bedanya Pak?", tanya para mahasiswa yang mengikuti kuliah atau seminar saya. Saya sering menjawab,"Tulus adalah singkatan dari TUjuannya fuLUS". Jadi bekerja karena motivasinya adalah untuk mendapatkan uang. Jika mendapatkan uang banyak maka bekerja keras dengan sangat baik, tetapi jika mendapat uangnya sedikit maka kerjanya asal saja.

Hal inilah yang dilakukan oleh kebanyakan orang. Bekerja untuk memperoleh imbalan yang setimpal dengan pekerjaan menurut ukurannya masing-masing. Tetapi jika bekerja dengan hati ikhlas, berarti bekerja dengan berdasarkan kasih dan kerelaan hati. Seperti matahari pagi yang selalu rajin tidak pernah terlambat selalu bersinar dan tidak pernah mengharapkan imbalan atau balasan kembali. Matahari juga tidak peduli apakah manusia mau menerima sinarnya atau bahkan menolaknya.

Sebuah kisah nyata yang diceritakan oleh seorang teman saya terjadi di Bandung beberapa waktu yang lalu. Kisah nyata ini dapat dijadikan suatu bahan renungan tentang keihklasan hati dalam bekerja. Seorang mahasiswa yang baru lulus menjadi sarjana kedokteran di sebuah perguruan tinggi negeri terkenal di Bandung memilih untuk bekerja menjadi asisten laboratorium di almamaternya. Penghasilan yang diterimanya sebagai asisten lab sangatlah kecil, bahkan tidak mencukupi walau pun hanya untuk membayar biaya transportasi ke kampusnya. Tetapi dia mencintai pekerjaan menjadi asisten dan melakukannya dengan ikhlas karena memang mencintai pekerjaan mengajar.

Banyak orang yang mengatakan bahwa dia bodoh karena memilih bekerja menjadi asisten lab. Padahal sebagai sarjana kedokteran dari universitas negeri terkenal, dia memiliki peluang besar untuk bekerja di perusahaan swasta yang memberikan penghasilan berpuluh-puluh kali lebih besar. Walau orang tuanya pun mendesaknya untuk mencari pekerjaan lain, dia tetap memilih membantu almamaternya menjadi asisten lab. Semua hal itu dilakukan dengan hati yang ikhlas. "Pekerjaan ini membahagiakan hati saya", katanya. Suatu saat datanglah seorang profesor dari Jepang berkunjung ke universitas tersebut. Karena semua dosen sedang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing, maka ditugaskanlah asisten lab tersebut untuk menemani dan membantu sang profesor selama berada di Bandung.

Asisten tersebut bisa saja menolaknya karena hal itu bukanlah tugasnya sebagai asisten lab. Dia tidak dibayar untuk hal itu. Tetapi dia memilih untuk tetap menerima tugas itu dengan hati yang ikhlas dan berusaha membantu sebisanya tanpa mengeluh. Walau pun sama sekali tidak bisa berbahasa Jepang, dia berusaha sebaik mungkin membantu sang profesor. Mengantarnya mencari makanan untuk makan siang dan makan malam, berbelanja oleh-oleh Bandung, berkunjung ke Gunung Tangkuban Perahu, dan tempat-tempat wisata lainnya. Dia selalu mengantar ke mana pun sang profesor ingin pergi dengan tersenyum. Setiap hari dia menjemput sang profesor dan mengantarkannya kembali ke hotel tempat sang profesor menginap. Sampai saatnya profesor itu kembali ke Jepang, sang profesor memberikan jam tangannya kepada asisten lab tersebut sebagai tanda terima kasih. Hati sang Profesor sangat tersentuh dengan keramahan dan keikhlasan hati asisten lab yang telah membantunya selama berada di Bandung.

Beberapa tahun kemudian, sang profesor telah terlupakan dalam ingatan asisten lab tersebut. Dan dia masih bekerja masih bekerja ikhlas sebagai asisten di universitas tersebut. Hingga datanglah sebuah kesempatan beasiswa belajar kedokteran sampai jenjang S-3 dari sebuah universitas di Jepang bagi akademisi di universitas negeri di Bandung tersebut. Dosen-dosen yang lebih senior segera mengirimkan aplikasi permohonan beasiswa ke universitas di Jepang tersebut.

Tetapi ternyata oleh universitas di Jepang yang memberi beasiswa tersebut semuanya ditolak! Ternyata sang Profesor di universitas Jepang itu yang menolaknya. "Saya hanya mau menerima dan merekomendasikan anak muda yang dulu pernah antar-antar saya selama saya di Bandung!", katanya dengan tegas. Akhirnya sang asisten lah yang mendapatkan kesempatan untuk meneruskan kuliah dengan beasiswa di Jepang. Dia melampaui dosen-dosennya yang lebih senior untuk mendapat kesempatan kuliah lebih tinggi.

Kabar terakhir yang saya terima, saat ini dia masih sedang menyelesaikan kuliah S-3 kedokterannya di Jepang. Dari kisah nyata itu saya berkesimpulan bahwa kerja ikhlas bukanlah kerja bodoh, melainkan kerja yang sangat pintar! Walau pun dengan bekerja ikhlas kita tidak dipedulikan atasan kita, orang disekitar kita, atau tidak dipedulikan orang lain... tetaplah bekerja dengan x-tra kerja ikhlas! Faktor X ke tiga dalam fondasi kesuksesan seseorang, seperti yang saya jelaskan pada buku unik bestseller " 8 Langkah Ajaib Menuju ke Langit : Rahasia Dahsyat Meraih Impian". Ingatlah! Bahwa walau pun semua orang di dunia tidak peduli dan menutup mata terhadap apa pun keikhlasan yang kita perbuat, tetapi Tuhan akan selalu peduli dan tidak akan menutup mata Nya kepada keikhlasan hati kita.

Di saat yang TEPAT Dia akan memanggil malaikat Nya, "Kat, Kat, malaikat...kasih BERKAT untuk orang yang ikhlas itu". Mengenai Faktor X ke tiga dari fondasi kesuksesan, yaitu x-tra Kerja Ikhlas.

Sumber : Victor Asih ( Motivator Indonesia )