Monday, November 16, 2009

SHARE AND BE HAPPY

Take and Give, itulah kata yang sering kita dengar. Namun sekarang telah terjadi pergeseran, sejak dengan memberi kita akan mendapatkan kebahagiaan maka istilahnya menjadi Give and Take. Kita semua ini harus berbagi agar mendapat kesejahteraan bagi semua umat. Namun semangat berbagi memang masih harus diperjuangkan.
Berikut adalah ilustrasi cerita, yang dengannya kita bisa terinspirasi dan termotivasi untuk berbagi.
Adi adalah seorang anak SD kelas lima. Dia selalu membawa bekal ke sekolah. Setiap hari Adi selalu datang pagi sekali. Teman – temannya pun belum ada yang datang. Suatu hari saat jam istrahat tiba, Adi terkejut melihat bekal yang dibawanya dari rumah berkurang separuh.

Dia pun bertanya dalam hati, siapa kiranya yang mengambil separuh bekalnya. Ketika pulang sekolah, Adi langsung mengklarifikasi mengenai bekalnya yang hilang separuh itu kepada ibunya. Lalu Ibu Adi berkata bahwa beliau tidak pernah kurang menyiapkan bekal Adi.

Seminggu kemudian, saat kembali ke kelas, Adi terkejut melihat penjaga sekolah mengendap ke kelas Adi dan mengambil sepotong bekalnya. Setelah mengambil bekalnya, penjaga itu pun keluar dengan raut wajah tertekan dan murung. Sepulangnya dari sekolah, Adi bercerita kepada Ibunya bahwa penjaga sekolahlah yang mengambil bekalnya. Adi lalu menceritakan niatnya untuk mengadukan kepada Wali Kelas dan Kepala Sekolah, tapi Adi ragu karena kasihan juga dengan penjaga sekolah itu jika saja dia nantinya dihukum dan dikeluarkan dari sekolah.

Tapi bagaimanapun, mengambil bekal tanpa ijin itu salah, walaupun dia baik. Ibunya lalu menyarankan agar Adi tidak melaporkan dulu masalah ini ke Kepala Sekolah, karena dia kenal baik dengan keluarga penjaga sekolah itu. Paling tidak ketika mengambil bekalnya, toh dia mengambil hanya setengah dan setengahnya lagi tetap ditinggalkan agar Adi tidak kelaparan. Ibunya kemudian mengambil jalan tengah dengan memberikan bekal dua kali lebih banyak kepada Adi. Dan nantinya Adi harus memberikannya kepada penjaga sekolah itu.

Ibu Adi menekankan agar Adi tidak menegur atas perbuatan penjaga sekolah itu, hanya berikan saja bekal itu dan lihat reaksinya. Keesokan harinya, Adi memberikan bungkus bekal itu kepada penjaga sekolah dan melakukan tepat seperti apa yang ibunya sarankan. Ketika menerima itu, Penjaga Sekolah terkejut sesaat, wajahnya pucat dan takjub. Dengan tangan gemetar diterimanya bingkisan itu, tampak matanya berkaca – kaca. Dan sambil berkata terbata, dia pun mengaku bahwa dialah yang mengambil setengah jatah bekal Adi.

Penjaga itu menyesal dan merasa bersalah. Lalu dia menerangkan alasan dia mengambil bekal Adi. Saat itu anaknya sakit dan anaknya membutuhkan makanan, sementara dia tidak punya uang. Uang yang ada digunakan untuk biaya melahirkan istrinya. Penjaga sekolah itu juga berterima kasih kepada Adi, karena tidak dilaporkan ke Kepala Sekolah. Sekaligus Penjaga Sekolah itu juga menitipkan maaf dan terima kasih kepada Ibu Adi yang telah begitu pengertian dan baik hati, mau memberikan bekal lebih pada hari itu. Setelah memberikan hal itu, Adi mengangguk senang dan meninggalkan Penjaga Sekolah itu sendiri.

Kesalahan walau dengan alasan apapun tidak akan menjadi benar. Mau menyadari, mengakui kesalahan dan meminta maaf adalah suatu kebesaran jiwa. Dan berjanji untuk tidak mengulangi adalah kebijaksanaan tertinggi. Sebaliknya bisa memaafkan orang yang bersalah kepada kita, bahkan rela memberikan bantuan dan menyadarkannya, bukan hanya damai di hati, tetapi sekaligus menunjukkan kita sebagai mahluk ber-Tuhan. Maka jelas sekali dengan berbagi maka kita akan bahagaia. Share and be happy.

Sumber : Smart FM (95,9)

What Do Leaders Do in Difficult Times

Pemimpin adalah mereka yang bisa merangkul anak buah dan memberikan solusi kala terjadi krisis. Karenanya saat orang lain menganggap krisis adalah hambatan dan masalah, seorang Pemimpin menganggap krisis itu sebagai suatu tantangan dan sesuatu yang menggairahkan mereka.
Ketika melihat tantangan, maka Pemimpin akan fokus pada solusi. Karena itu ketenangan harus dimiliki para Pemimpin. Dengan ketenangan maka mereka bisa lebih jelas dalam memikirkan suatu solusi dan mereka berani menanggung resiko.

Berikut adalah tiga hal yang harus dimiliki Leaders :
Leaders See Hope Before Others : Pemimpin mampu melihat titik terang sebelum anak buah mereka. Karena pemimpin adalah orang yang berada di posisi depan maka dialah yang harus menunjukkan jalan bagi anak buahnya. Dengan melihat harapan terlebih dahulu, maka dia akan bisa membimbing para anak buahnya menuju ke tanah harapan itu untuk kemudian melakukan sesuatu.

Leaders Express Hope Before Others : Selain memberitahukan suatu harapan pada masa krisis, Pemimpin juga mampu mengekspresikan harapannya itu. Kegembiraannya, optimismenya dan semangatnya. Karena energi itu menular. Ketika para anak buah itu tertular energi positif maka mereka akan bisa lebih tenang dalam melakukan usaha di masa krisis seperti ini.

Leaders Create Hope Before Others : Sebagai manusia, ketidakpastian sewajarnya dialami, namun ini jangan sampai mempengaruhi ketegasan Pemimpin dalam memutuskan sesuatu. Apapun kondisi yang terjadi berikanlah hal positif dan ketenangan serta ketegasan kepada anak buah.

Sumber : Smart FM (95,9)

Friday, November 13, 2009

Menu : Masakan Lidah

Suatu ketika, ada seorang raja yang akan memilih perdana menteri untuk kerajaannya. Beberapa calon telah diuji, hingga tinggallah satu calon yang dianggapnya paling mumpuni karena memiliki kecerdasan dan sifat bijak. Namun, sebelum raja berketetapan menjadikannya sebagai perdana menteri, raja masih ingin memastikan bahwa pemuda pilihannya tak salah. Karena itu, raja pun memanggil pemuda calon perdana menteri tersebut.

"Wahai pemuda, tahukah kamu masakan yang paling baik di dunia? Dan, tolong masakkan aku makanan terbaik di dunia ini," titah sang raja.

Mendengar perintah tersebut, sang pemuda segera pergi ke pasar. Ia berjalan-jalan keliling di pasar sambil berpikir apa yang terbaik untuk dimasak bagi sang raja. Setelah lama berpikir, akhirnya dia memilih untuk membeli lidah sapi. Sesampai di rumah, dia segera memasak lidah sapi itu menjadi lima jenis sayuran dan segera diantarnya ke istana.

Raja segera menyantap hidangan yang diberikan oleh sang calon perdana menteri. Sembari mencicip, ia pun bertanya, "Masakan ini enak sekali, dibuat dari apakah sayuran ini?"

Sang pemuda pun menjawab, "Paduka yang mulia, sayur ini semuanya saya buat dari lidah sapi."

Raja pun bertanya, bagaimana sang pemuda memutuskan memilih lidah sapi sebagai masakan yang terbaik untuk sang raja. "Dari sekian banyak daging yang mahal, mengapa kamu justru memilih lidah sapi untuk dimasak?"

Sang pemuda pun menjawab, "Di dunia ini, lidah adalah salah satu komponen terpenting dan paling membawa manfaat Baginda. Raja bisa mengucapkan titah dengan lidah. Selain itu, lidah juga bisa mengabarkan hal yang baik-baik serta positif. Hebatnya lagi, dengan lidah kita juga bisa menyadarkan orang yang putus asa, bisa membuat yang kesepian jadi bahagia dan gembira."

Sang raja pun sangat puas dan senang dengan penuturan sang calon perdana menteri. Ungkapan bijak yang diceritakan dengan runtut membuat raja merasa pilihannya tak salah. Namun, sebagai raja yang punya pengalaman sangat luas, raja pun ingin mengujinya lebih lanjut. Maka, raja pun berujar kepada sang calon perdana menteri, "Sungguh, aku kagum dengan pemikiranmu. Namun, aku masih penasaran. Karena itu, kali ini cobalah buatkan aku makanan yang paling buruk di dunia."

Sang pemuda terlihat berpikir keras. Namun, ia lantas tersenyum, seperti menemukan jawaban dari titah tersebut. Maka, keesokan harinya, ia pun pergi ke pasar untuk mencari bahan makanan untuk membuat masakan paling buruk di dunia. Sesampainya di rumah, segeralah dimasaknya bahan tersebut menjadi lima masakan untuk sang raja.

Makanan itu pun segera disuguhkan pada baginda. Namun, saat melihat masakan tersebut, sang raja segera bertanya. "Apa yang kamu lakukan. Mengapa kamu kembali memasak lidah sapi untuk kau suguhkan padaku? Bukankah aku meminta kamu memasak makanan paling buruk di dunia? Sedangkan tempo hari, kamu saat aku minta masakan terbaik, kamu juga memasak lidah. Tapi, sebaliknya, kini kamu juga masak lidah sebagai masakan terburuk?"

Sang pemuda calon perdana menteri pun segera menjelaskan maksudnya, "Baginda yang mulia, di dunia ini lidah sangat berguna dan membawa banyak kebaikan. Namun, pada sisi yang lain, lidah juga bisa membawa keburukan. Lidah bisa membuat kata-kata yang salah, membuat fitnah yang mengadu domba antar manusia. Lidah yang salah akan melahirkan masalah. Lidah yang dipenuhi hal negatif akan membawa pengaruh yang bisa membuat keluarga bahkan negara tak lagi utuh. Karena itu, lidah bisa membawa kebaikan dan sekaligus keburukan. Jika ditujukan untuk kebenaran, akan menghasilkan kebahagiaan. Jika salah digunakan, bisa mendatangkan kenestapaan."

Sang raja pun makin terkagum-kagum dengan pemuda pilihannya itu. Maka, sang raja pun menobatkannya menjadi perdana menteri kerajaan dan si pemuda pun terbukti mampu menjalankan amanah sebagai pemimpin dengan penuh kebijaksanaan.

Netter yang luar biasa,

Lidah memang tak setajam pisau. Namun, dengan lidah, kita bisa membunuh dan melukai. Melalui kalimat yang terucap, dengan untaian kata yang terangkai, jika tak hati-hati dan dilandasi kebijaksanaan, lidah dapat menjadi "pisau" tajam yang menghujam hingga ke relung hati. Teman bisa jadi musuh, relasi bisa jadi tak lagi peduli, persaudaraan pun bisa terpecah belah.

Karena itu, gunakan lidah dengan hati-hati. Biasakan lidah mengucap kata penuh makna. Jadikan lidah penyambung tali saudara. Untai kalimat positif di setiap saat. Sebab, hanya dengan ucapan yang penuh tanggung jawab, kita akan jadi manusia berguna. Tentunya, bukan sekadar ucapan di ujung lidah belaka. Namun, harus pula disertai tindakan yang membawa manfaat nyata.

Mari, hiasi lidah dengan kebaikan, maka hidup akan bertaburkan kebahagiaan.


Sumber : Andrie Wongso ( Motivator Indonesia )

Thursday, November 12, 2009

Point Of View

Beberapa tahun yang silam, seorang pemuda terpelajar dari Semarang sedang
berpergian naik pesawat ke Jakarta. Di sampingnya duduk seorang ibu yang sudah berumur. Si Pemuda menyapa, dan tak lama mereka terlarut dalam obrolan ringan.

"Ibu, ada acara apa pergi ke Jakarta ?" tanya si Pemuda.
"Oh... Saya mau ke Jakarta terus "connecting flight" ke Singapore nengokin anak saya yang ke dua" jawab ibu itu.
"Wouw..... hebat sekali putra ibu”, pemuda itu menyahut dan terdiam
sejenak.

Pemuda itu merenung. Dengan keberanian yang didasari rasa ingin tahu pemuda itu melanjutkan pertanyaannya.

"Kalau saya tidak salah, anak yang di Singapore tadi, putra yang kedua ya
Bu?? Bagaimana dengan adik-adiknya??"
”Oh ya tentu.”

Si Ibu bercerita :
"Anak saya yang ketiga seorang Dokter di Malang, yang keempat Kerja di Perkebunan di Lampung, yang kelima menjadi Arsitek di Jakarta, yang keenam menjadi Kepala Cabang Bank di Purwokerto, yang ke tujuh menjadi Dosen di Semarang."

Pemuda tadi diam, hebat ibu ini, bisa mendidik anak anaknya
dengan sangat baik, dari anak kedua sampai ke tujuh.

"Terus bagaimana dengan anak pertama ibu ??"
Sambil menghela napas panjang, ibu itu menjawab, "Anak saya yang pertama menjadi Petani di Godean Jogja nak. Dia menggarap sawahnya sendiri yang tidak terlalu lebar"
Pemuda itu segera menyahut, "Maaf ya Bu..... kalau ibu agak kecewa ya
dengan anak pertama ibu, adik-adiknya berpendidikan tinggi dan sukses di pekerjaannya, sedang dia menjadi petani "??
Dengan tersenyum ibu itu menjawab, "Ooo ...tidak tidak begitu nak.... Justru saya sangat bangga dengan anak pertama saya, karena dialah yang
membiayai sekolah semua adik-adiknya dari hasil dia bertani"

Today's lesson :

Everybody in the world is a important person.
Open your eyes....
your heart....
your mind....
your point of view....
because we can't make summary before read "the book" completely.

The wise person says...
The more important thing is not WHO YOU ARE

But
WHAT YOU HAVE BEEN DOING

Sumber: Gemintang.com

Sunday, November 8, 2009

Kebiasaan yang diulang.

Di Tiongkok pada zaman dahulu kala, hidup seorang panglima perang yang terkenal karena memiliki keahlian memanah yang tiada tandingannya. Suatu hari, sang panglima ingin memperlihatkan keahliannya memanah kepada rakyat. Lalu diperintahkan kepada prajurit bawahannya agar menyiapkan papan sasaran serta 100 buah anak panah.

Setelah semuanya siap, kemudian Sang Panglima memasuki lapangan dengan penuh percaya diri, lengkap dengan perangkat memanah di tangannya.

Panglima mulai menarik busur dan melepas satu persatu anak panah itu ke arah sasaran. Rakyat bersorak sorai menyaksikan kehebatan anak panah yang melesat! Sungguh luar biasa! Seratus kali anak panah dilepas, 100 anak panah tepat mengenai sasaran.

Dengan wajah berseri-seri penuh kebanggaan, panglima berucap, "Rakyatku, lihatlah panglimamu! Saat ini, keahlian memanahku tidak ada tandingannya. Bagaimana pendapat kalian?"

Di antara kata-kata pujian yang diucapkan oleh banyak orang, tiba-tiba seorang tua penjual minyak menyelutuk, "Panglima memang hebat ! Tetapi, itu hanya keahlian yang didapat dari kebiasaan yang terlatih."

Sontak panglima dan seluruh yang hadir memandang dengan tercengang dan bertanya-tanya, apa maksud perkataan orang tua penjual minyak itu. Tukang minyak menjawab, "Tunggu sebentar!" Sambil beranjak dari tempatnya, dia mengambil sebuah uang koin Tiongkok kuno yang berlubang di tengahnya. Koin itu diletakkan di atas mulut botol guci minyak yang kosong. Dengan penuh keyakinan, si penjual minyak mengambil gayung penuh berisi minyak, dan kemudian menuangkan dari atas melalui lubang kecil di tengah koin tadi sampai botol guci terisi penuh. Hebatnya, tidak ada setetes pun minyak yang mengenai permukaan koin tersebut!

Panglima dan rakyat tercengang. Merela bersorak sorai menyaksikan demonstrasi keahlian si penjual minyak. Dengan penuh kerendahan hati, tukang minyak membungkukkan badan menghormat di hadapan panglima sambil mengucapkan kalimat bijaknya, "Itu hanya keahlian yang didapat dari kebiasaan yang terlatih! Kebiasaan yang diulang terus menerus akan melahirkan keahlian."

Pendengar yang budiman,

Dari cerita tadi, kita bisa mengambil satu hikmah yaitu: betapa luar biasanya kekuatan kebiasaan. Habit is power!

Hasil dari kebiasaan yang terlatih dapat membuat sesuatu yang sulit menjadi mudah dan apa yang tidak mungkin menjadi mungkin.

Demikian pula, untuk memperoleh kesuksesan dalam kehidupan, kita membutuhkan karakter sukses. Dan karakter sukses hanya bisa dibentuk melalui kebiasaan-kebiasaan seperti berpikir positif, antusias, optimis, disiplin, integritas, tanggung jawab, & lain sebagainya.

Mari kita siap melatih, memelihara, dan mengembangkan kebiasaan berpikir sukses dan bermental sukses secara berkesinambungan. Sehingga, karakter sukses yang telah terbentuk akan membawa kita pada puncak kesuksesan di setiap perjuangan kehidupan kita.

Sekali lagi: Kebiasaan yang diulang terus menerus, akan melahirkan keahlian!

Salam sukses luar biasa!!


Sumber : Andrie Wongso ( Motivator Indonesia )

Saturday, October 31, 2009

Jalan Menuju SUKSES

Seorang anak muda berbicara dengan gurunya. Ia bertanya, “Guru,
bisakah engkau tunjukkan di mana jalan menuju sukses ?”

Uhm….., Sang Guru terdiam sejenak. Tanpa mengucapkan sepatah kata,
sang Guru menunjuk ke arah sebuah jalan. Anak muda itu segera
berlari menyusuri jalan yang ditunjukkan sang Guru. Ia tak mau
membuang-buang waktu lagi untuk meraih kesuksesan. Setelah beberapa
saat melangkah tiba-tiba ia berseru, “Ha! Ini jalan buntu!” Benar,
di hadapannya berdiri sebuah tembok besar yang menutupi jalan. Ia
terpaku kebingungan, “Barangkali aku salah mengerti maksud sang
Guru.”

Kembali, anak muda itu berbalik menemui sang Guru untuk bertanya
sekali lagi, “Guru, yang manakah jalan menuju sukses.”

Sang Guru tetap menunjuk ke arah yang sama. Anak muda itu kembali
berjalan ke arah itu lagi. Namun, yang ditemuinya tetap saja sebuah
tembok yang menutupi. Ia berpikir, ini pasti hanya gurauan. Dan anak
muda itu pun merasa dipermainkan.

Emosi dan dengan penuh amarah ia menemui sang guru, “Guru, aku sudah
menuruti petunjukmu. Tetapi yang aku temui adalah sebuah jalan
buntu. Aku tanyakan sekali lagi padamu, yang manakah jalan menuju
sukses? Kau jangan hanya menunjukkan jari saja, bicaralah!”

Sang guru akhirnya berbicara, “Di situlah jalan menuju sukses. Hanya
beberapa langkah saja di balik tembok itu.”

Pesan:
Tiada kesuksesan tanpa adanya halangan yang harus dilalui terlebih dahulu. Siapa bilang tembok adalah tujuan akhir?

Sumber : Pusat Motivasi Indonesia ( GRUP Facebook )

Thursday, October 29, 2009

Kesabaran dalam Belajar.

Seorang anak muda mengunjungi seorang ahli permata dan menyatakan maksudnya untuk berguru. Ahli permata itu menolak pada mulanya, karena dia kuatir anak muda itu tidak memiliki kesabaran yang cukup untuk belajar. Anak muda itu memohon dan memohon sehingga akhirnya ahli permata itu menyetujui permintaannya. “Datanglah ke sini besok pagi” katanya.

Keesokan harinya, ahli permata itu meletakkan sebuah batu berlian di atas tangan si Anak muda dan memerintahkan untuk menggenggamnya. Ahli permata itu meneruskan pekerjaannya dan meninggalkan anak muda itu sendirian sampai sore.

Hari berikutnya, ahli permata itu kembali menyuruh anak muda itu menggenggam batu yang sama dan tidak mengatakan apa pun yang lain sampai sore harinya. Demikian juga pada hari ketiga, keempat, dan kelima.

Pada hari keenam, anak muda itu tidak tahan lagi dan bertanya, “Guru, kapan saya akan diajarkan sesuatu?”
Gurunya berhenti sejenak dan menjawab, “Akan tiba saatnya nanti,” dan kembali meneruskan pekerjaannya.

Beberapa hari kemudian, anak muda itu mulai merasa frustrasi. Ahli permata itu memanggilnya dan meletakkan sebuah batu ke tangan pemuda itu. Anak muda frustrasi itu sebenarnya sudah hendak menumpahkan semua kekesalannya, tetapi ketika batu itu diletakkan di atas tangannya, anak muda itu langsung berkata, “Ini bukan batu yang sama!”

“Lihatlah, kamu sudah belajar,” kata gurunya.

Pesan:
Ilmu tanpa terasa telah didapatkan seseorang, jika ia sabar dalam belajar.

Sumber : motivation-live.blogspot.com