Saturday, October 10, 2009

Sikap Mental dan Pola Pikir yang Positif.

Seseorang akan dapat merubah dunia ini jika ia mampu mengubah dirinya sendiri. Untuk dapat menciptakan budaya yang sehat dan positif di dalam lingkungan sekitar kita, maka diri kita juga dituntut untuk bersikap lebih positif. Jadi setiap perubahan mestinya dimulai dari dalam diri kita sendiri, dan yang pertama kali harus diubah adalah pola berpikir kita. Sikap dan pola berpikir sangat erat kaitannya.

Dr. William James, Father of America psychology, mengatakan : “We can alter our lives by altering our altitudes – Manusia dapat mengubah kehidupannya dengan mengubah sikap dan cara berpikirnya.” Orang yang terbiasa berpikir positif selalu menemukan solusi-solusi cerdas. Sebab pikiran yang positif dapat bekerja secara sederhana, mencari ide dan segala kemungkinan yang berhasil.

Contohnya tentang sebuah kisah antara seorang ayah dan anak :
Suatu hari sang ayah sengaja membawa pekerjaan kantor ke rumah supaya semua tugas pekerjaan dapat segera dituntaskan. Tetapi sesampainya di rumah, anaknya merengek terus mengajaknya bermain. Sang ayah keberatan memenuhi permintaan anaknya, maka dicarilah akal supaya anaknya diam dan ia mempunyai kesempatan untuk menyelesaikan pekaerjaannya.

Pada saat itu, ia melihat sebuah majalah yang memuat peta dunia. Muncullah ide untuk menggunting peta dunia tersebut menjadi beberapa bagian. Setelah itu, sang ayah memberikan potongan-potongan peta dunia itu kepada anaknya seraya berkata, “Nak, kalau kamu sudah selesai menyatukan potongan-potongan kertas ini, maka ayah akan menemanimu bermain.”

Sang ayah berpikir bahwa pekerjaan menyatukan potongan peta dunia itu akan sulit sekali dan memakan waktu sekurang-kurangnya 30 menit. Sehingga ia dapat leluasa menggunakan jeda waktu tersebut untuk menyelesaikan pekerjaannya.

Tetapi tidak lama kemudian, sekitar 5 menit, sang anak sudah kembali kepada ayahnya sambil memberikan potongan-potongan peta dunia yang telah disatukan. Sang ayah tercengang, “Hah, mana mungkin anak sekecil ini sudah tahu dimana letak America, Afrika. Dan Eropa, Aneh sekali?” Karena potongan peta itu benar-benar terletak pas pada posisi yang seharusnya.

Maka dengan penuh keheranan sang ayah bertanya kepada anaknya : “Bagaimana kamu bisa melakukannya ?” Keheranan sang ayah terjawab, tatkala anak itu berkata, “Tidak sulit, Ayah, menggabungkan potongan-potongan kertas itu. Karena dibalik gambar peta itu ada gambar kepala manusia. Jadi saya benarkan saja kepala manusianya, maka benarlah gambar dunia ini.”

Anak kecil itu sanggup menyelesaikan soal yang sulit sebab ia berpikir secara sederhana saja. Tidak ada prasangka, keinginan untuk dipuji, kebencian dan pikiran negatif lain yang mempengaruhi anak tersebut. Ternyata begitu mudah menemukan solusi cerdas yang mempermudah kehidupan kita dengan berpikir positif. Jadi apa salahnya kita menerima setiap kenyataan apa adanya, dan memandang sisi positif untuk menemukan solusi cerdas berikutnya. Tanyakan pula, apa ruginya berpikir positif, dan apa untungnya selalu berpikir negatif?

Sama sekali tidak ada keuntungan bila kita hanya memikirkan sisi negatif dari setiap kenyataan yang harus kita terima. Yang ada hanyalah belenggu, yang menyebabkan kita tidak tenang bekerja dan menghambat kemajuan. Dengan berpikir positif maka kita akan menemukan banyak sekali jalan keluar. Sebaliknya, bila kita berpikir negatif maka kita akan selalu menemukan halangan. John Wooden, mantan pelatih basket UCLA, menegaskan,“Segalanya ternyata paling baik bagi orang-orang yang memetik manfaat dari bagaimana segalanya terjadi.” So Be Positive !

Semoga bermanfaat, dan Salam Hebat Luar Biasa !


Sumber : Rudy Lim ( Motivator Indonesia )

Change Or Die !!!

ADA sebuah cerita mengenai seorang raja kaya yang pada suatu hari berjalan mengelilingi negeri yang dicintainya. Pada jaman itu belum ditemukan alas kali, sehingga sang raja melewati daerah-daerah yang kadang kala berbatuan sehingga tapak kakinya sakit. Setelah pulang kembali ke istana, sang raja memerintahkan kepada menterinya agar menguliti setiap sapi di wilayah kekuasaannya untuk menutupi seluruh jalan di negeri itu agar kakinya tak lagi sakit jika berkeliling. Sang menteri berpikir sejenak, dan mengatakan kepada raja,” Baginda biarpun kita menguliti seluruh sapi di negeri ini tak akan menutupi seluruh jalan yang ada di negeri ini. Saya mengusulkan untuk membuat sepatu untuk baginda dari kulit sapi, agar kemanapun baginda pergi kakinya akan selalu terlindung.” Seringkali cara yang termudah dan termurah dan efektif dalam menghadapi perubahan adalah memulainya dari diri kita sendiri. Seringkali kita ingin orang lain, keadaan bahkan dunia ini untuk berubah terlebih dahulu, namun perubahan itu akan lebih mudah dan realistis terjadi jika kita mulai dari diri kita terlebih dahulu.

Cerita lain mengenai sebuah kapal perang raksasa yang melintasi laut yang tertutup dengan kabut tebal, sang kapten yang gagah perkasa menyerahkan arah kapal tersebut kepada supervisor kapal yang mengamati keadaan laut di depan kapal dari menara pantau tertinggi di kapal tersebut. Suatu ketika sang supervisor berteriak, "Kapten ada kapal di depan kita." Kapten menjawab, "Beritahukan kapal itu agar membanting 20 derajat ke arah kiri." Sang supervisor memberikan kode dengan isyarat lampu kepada kapal tersebut, kemudian dibalas dengan perintah agar kapal perang tersebut yang membanting 20 derajat ke arah kiri. Sang kapten sangat marah dan emosi dan memberikan perintah kepada supervisor kapal agar membalas pesan seperti berikut, "Dengar ini adalah perintah dari kapten kapal perang!." Kemudian datang balasan yang mengatakan, "Ini adalah perintah dari supervisor tingkat II." Merasa dipermalukan, sang kapten memberikan perintah, "Kami adalah kapal perang." kemudian balasan datang yang mengisyaratkan, "Kami adalah mercu suar!"

Ada kalanya kita harus mengambil tindakan untuk berubah. Jika Anda bertemu "mercu suar" dalam hidup Anda, bersiaplah untuk berubah atau Anda akan hancur. Perubahan adalah hal yang tidak meng-enakkan dan tidak jarang membuat kita ragu, takut bahkan menunda pengambilan tindakan. Mengapa? Karena perubhan menimbulkan resiko baru yang mungkin lebih beresiko dibandingkan jika kita tidak berubah sama sekali. Namun ada kalnya kita harus mengambil suatu keputusan untuk berubah, jika setelah berkali-kali kita "terantuk" oleh permasalahn yang sama. Dunia ini bagaikan tempat "belajar" untuk setiap insan manusia. Jika kita terus melakukan kesalahan yang sama dan menolak untuk berubah, kita tidak dapat maju ke "tingkat yang lebih tinggi."

Ingatlah setiap perubahan akan membawa kita kepada dua pilihan, gagal atau berhasil, pastikan Anda berfokus terhadap keberhasilan itu. Hidup ini bagaikan roda dunia yang akan terus berputar. Roda itu terus berputar karena dengan berputar ke depan, roda itu baru dapat maju. George Bernard Shaw mengatakan kemajuan adalah hal yang mustahil terjadi tanpa adanya perubahan, dan mereka yang tidak mampu mengubah cara pikirnya tidak akan merubah apapun. Charles F. Kettering pun mengatakan hal yang tidak kalah dahsyatnya bahwa dunia ini membenci akan perubahan namun perubahan itulah satu-satunya yang mendatangkan kemajuan. Roda kehidupan akan terus berputar, kadang di atas kadang di bawah, banyak orang yang menahan akan adanya perubahan dan selalu ingin terus berada di atas roda yang berputar. Mereka terus berusaha untuk tetap berada pada posisi atas sehingga ketika perubahan terjadi dan mereka berada di posisi bawah roda, mereka tidak bersiap sehingga tidak mampu bangkit dari kegagalan.

Kesuksesan seseorang terjadi ketika ia mampu dan siap menghadapi perubahan. Camkanlah apa yang dikatakan Carol Burnett bahwa hanya kitalah satu-satunya yang dapat mengubah hidup kita. Tidak ada orang lain yang dapat melakukannya untuk kita. Menahan arus perubahan dimana dibutuhkan dapat menghancurkan kehidupan Anda. Walaupun perubahan membawa perasaan tidak menentu, tidak berubah juga mendatangkan resiko yang tidak kalah bahayanya. Jika Anda tidak merasa yakin dengan arah yang Anda ambil saat ini, sudah saatnya Anda menempuh arah yang lain. Makin cepat Anda mengambil keputusan untuk berubah makin baik. Adalah hal yang penting untuk diketahui, jika Anda terus melakukan hal yang sama, Anda akan mendapatkan hasil yang sama. Jika Anda menginginkan hasil yang berbeda, Anda harus menyambut perubahan dengan sikap yang positif. Live your life with passion!


Sumber : Darmadi Darmawangsa ( Motivator Indonesia )

Friday, October 9, 2009

Duplikasi Perasaan.

Saya beruntung mengenal bermacam-macam penderitaan. Kenyataan itu membuat saya mudah untuk menduplikasi perasaan atas pihak lain yang tengah senasib dan sependeritaan. Misalnya, karena kemiskinan kami, Ibu harus banting tulang sedemikian rupa dan berjualan apa saja di pinggir-pinggir jalan. Ibu pernah berjualan nasi tiwul di ujung sebuah jembatan. Jembatan itulah yang kini sering saya datangi, saya suka berhenti berlama-lama di sana, tak jarang dengan air mata berhamburan. Ibu sudah lama tiada tapi deritanya itulah yang membentuk hidup saya hingga hari ini.

Hanya, seluruh usaha ibu yang kini saya agungkan itu, adalah usaha yang dulu membuat saya malu. Saya malu dengan nasi tiwul ibu yang terbuat dari gaplek itu. Saat itu, nasi tiwul malah cuma jadi penegas kemiskinan kami. Jika di jalan saya ketemu Ibu pulang dari pasar dengan naik dokar, saya lebih memilih tetap jalan kaki. Dokar adalah kendaraan yang amat tidak bergengsi menurut akal saya saat itu. Di hari ini, saya bisa setengah mati menyesali sikap yang nyaris durhaka ini. Tetapi di saat itu, pasti berat sekali bagi seorang anak yang lapar untuk memiliki pikiran waras karena perut melulu berbunyi. Jadi ada derita objektif dan ada pula derita subyektif. Kemiskinan kami adalah derita jenis pertama. Tetapi usaha Ibu itu pasti bukan derita, melainkan sebuah keteladanan. Jadi mestinya saat itu saya tak terlalu menderita karena selain derita saya masih memiliki keteladanan.

Karenanya saya ingin anak-anak yang punya derita serupa, tidak mengulangi kesalahan saya ini. Di rumah saya sekarang sering datang pedagang keliling; sepasang suami istri dengan anak gadisnya. Dari seluruh dagangan yang mereka bawa, memang cuma menegaskan kemiskinannya. Tapi jangan lupa, seluruh usaha mereka itu, juga menegaskan keteladanan yang pernah diperagakan oleh Ibu saya itu.

Saya sungguh menaruh hormat kepada pedagang yang gigih mempertahankan hidup ini. Saya selalu membeli dagangannya walau sebetulnya tak membutuhkannya. Tetapi kepada mereka ingin saya tunjukkan, betapa akan selalu ada orang yang menaruh rasa hormat kepada semua jenis kerja keras, ketabahan dan sikap gagah di hadapan keterbatasan. Jadi tak pelru ada penderitaan yang harus disambut dengan kecil hati, jika kita punya mental gagah. Di mata saya, seluruh tampilan orang ini, saya lihat dari sudut keteguhan mereka, bukan dari kemiskinan mereka. Kedatangannya selalu saya rayakan dalam hati dan kemiskinan mereka tak saya gubris sama sekali.

Tetapi saya melihat putrinya itu, adalah anak yang bersembunyi setiap kali. Ia selalu berlindung di balik tubuh bapak-ibunya dan matanya adalah mata seorang anak yang takut dan malu. Ia amat suka menyelinap di balik semak-semak depan rumah agar saya kesulitan melihatnya. Saya suka mencuri-curi pandang ke arahnya, dan setiap ada usaha untuk memandangnya, hanya akan membuat ia makin gelisah belaka. Anak itu seperti memilih hilang ditelan bumi jikalau bisa. Pandangan saya atas keadaannya, pasti derita tak terkira.

Itulah keadaan yang saya alami dulu. Menemani Ibu pulang dari pasar dengan bakul besarnya di punggung, dengan sisa nasi tiwul di dalamnya adalah siksaan batin luar biasa. Apalagi jika perjalanan kami harus melewati sekolah. Saya merasa seluruh anak-anak, seluruh guru, dan seluruh isi dunia menonton saya. Rasanya lebih baik lenyap entah ke mana katimbang harus menanggung perasaan seperti itu.

Saya tahu betapa keliru perasaan ini. Saya tahu mestinya saya bangga pada Ibu. Saya tahu, tetapi pasti tidak di hari itu. Untuk mengerti, saya butuh waktu hingga hari ini. Maka kepada putri pedagang keliling yang sedang malu itu, saya tak memintanya untuk mengerti secara buru-buru. Tapi semoga ia tak harus menunggu lama, selama saya menunggu.

Sumber : Prie G

Semua Bisa Berubah.

Kisah ini terjadi beberapa tahun lalu. Selesai seminar, seperti biasa, panggung tiba2 diserbu para audience yang ingin minta tanda tangan atau foto bersama atau sekadar bersalaman. Di antaranya, ada seorang pria muda yang menemui istri saya di bawah panggung.

"Bu. Saya datang ke seminar Pak Andrie sebenarnya ingin mengucap terima kasih ke bapak. Tetapi Bapak lagi sibuk ya, Bu," katanya sambil matanya melirik ke kerumunan di panggung.

"Pernah ketemu Pak Andrie di mana, Pak?" tanya istri saya.

"Oh. Pak Andrie tidak kenal saya. Tapi saya kenal Pak Andrie, bahkan telah dibantu beliau," katanya bersemangat. "Begini, Bu. Saya orang Medan yang merantau ke Jakarta. Saya dan istri berjuang mulai nol sampai punya ruko. Suatu hari, terjadi musibah yang memilukan. Ruko kami terbakar habis. Masih beruntung, saya, istri dan dua anak selamat. Tapi semua harta habis, hanya tinggal baju yang melekat di badan saja. Akhirnya saya mengajak anak istri pulang ke Medan.

Tidak lama kemudian saya meninggalkan mereka. Saya nekad balik lagi ke Jakarta dan nebeng tinggal di kos teman. Waktu susah2nya itu, suatu hari saya diajak temen ke vihara. Saya pikir, mau diajak sembahyang. Eh ternyata, ada Pak Andrie yang sedang memberikan motivasi di sana. Saya seperti tersihir, Bu. Kira2 seminggu, suara Pak Andrie seperti mengiang di telinga saya. Success is my right! Sukses adalah hak saya! Pak Andrie, yang tidak berpendidikan tinggi, mau berjuang dan bisa sukses. Saya harus bisa seperti bapak!" Matanya menerawang seolah kembali ke masa itu.

"Syukur kepada Tuhan, usaha saya sekarang sudah mulai berhasil. Anak istri saya juga sudah saya bawa balik ke Jakarta. Waktu saya tau ada seminar ini, saya bertekad datang, mau ketemu Pak Andrie. Sekarang belum bisa ngomong langsung ke Pak Andrie. Nggak papa' deh, saya sampein ke ibu saja. Tolong kasih tau bapak ya bu, terima kasih dari saya dan kalau boleh titip pesan dikit, Pak Andrie jangan bosan memberi motivasi ke mana2. Karena, banyak orang yang membutuhkan dan terbantu seperti saya".

Teman2 yang luar biasa,
Cerita di atas tadi menguatkan apa yang telah saya jalani. Success is my right! Tidak penting kita dulu siapa dan bagaimana. Entah dulu kurang sekolah, anak nakal, miskin, bangkrut atau apapun kondisi kita, yang penting adalah siapakah kita hari ini dan apa tujuan yang akan kita raih di hari depan.

Semua bisa berubah. Berjuanglah!
Jika kita telah punya tekad mau mengubah nasib, punya tujuan yg jelas, serta siap berjuang penuh kesungguhan hati, niscaya kesuksesan yang kita cita-citakan akan tercapai dengan membanggakan! Yes! Sukses adalah hak setiap orang.


Sumber : Andrie Wongso ( Motivator Indonesia )

Kisah Sang Kodok

Sekelompok kodok sedang berjalan-jalan melintasi hutan. Dua di antara kodok tersebut jatuh ke dalam sebuah lubang. Kodok-kodok yang lain segera mengelilingi lubang tersebut. Ketika melihat betapa dalamnya lubang itu, mereka berkata pada kedua kodok agar pasrah dan mati saja dalam lubang. Karena dalamnya lubang membuat kata-kata itu tidak terdengar. Kedua kodok tersebut mengacuhkan komentar-komentar itu dan mencoba melompat keluar dari lubang dengan segala kemampuan yang ada. Sementara kodok-kodok di atas tetap bersikeras berteriak agar mereka berhenti melompat dan mati saja.

Akhirnya, salah satu dari kodok yang ada di lubang itu mendengar kata-kata kodok di atas dan menyerah, ia pun terjatuh dan mati. Sementara kodok yang satunya lagi tetap melanjutkan lompatannya semampu mungkin. Sekali lagi kerumunan kodok-kodok tersebut berteriak kepadanya agar berhenti mencoba hal yang sia-sia dan mati saja. Tetapi ternyata ia bahkan berusaha lebih kencang lagi dan akhirnya berhasil.

Ketika sampai di atas, seekor kodok bertanya kepadanya, “Apa kau tidak mendengar teriakan kami?” Lalu kodok itu pun (sembari membaca gerakan bibir kodok yang lain) menjelaskan bahwa ia sebenarnya tuli. Akhirnya kerumunan kodok itu pun sadar bahwa selama di bawah tadi mereka dianggap telah memberi semangat kepada sang kodok yang tuli tadi.

Sesungguhnya kekuatan hidup dan mati ada di lidah. Kekuatan kata-kata yang diberikan pada seseorang yang sedang “jatuh” justru dapat membuat orang tersebut bangkit dan membantunya menjalani hari-hari yang tersisa. Kata-kata buruk yang diberikan pada mereka yang sedang jatuh, bisa membunuh mereka.

Hati-hatilah dengan apa yang diucapkan. Suarakan kata kehidupan, kepada mereka yang sedang menjauh dari jalur hidupnya yang benar.

Sumber : Ibu Murdiana Bakti ( Member Grup PUSAT MOTIVASI INDONESIA [FB] )

Thursday, October 8, 2009

Buang Pikiran untuk Bunuh Diri

Beberapa bulan yang lalu, saya mendapat telepon dari penggemar yang ada di Pontianak, Kalimantan Barat. Sebutlah namanya Z. Dia menceritakan masalahnya, merasa begitu bersalah, frustasi, depresi, putus asa, dan terlintas dalam pikirannya untuk bunuh diri...

“Saya ini seorang penjudi,” begitu kisahnya kepada saya. “Modal usaha yang diberi orangtua saya habiskan untuk berjudi. Tentu saja orangtua saya marah dan kecewa. Tetapi setelah saya meminta maaf dan berjanji untuk tidak mengulangi lagi, namanya juga orangtua, mereka pun kembali memberi uang untuk modal usaha lagi.”

Hening sejenak. Dia ia melanjutkan,”Sayangnya, kepercayaan itu kembali saya hancurkan. Kembali uang modal habis tidak tersisa di meja judi. Duh Pak, kali ini ortu marah besar dan merasa dikhianati oleh anaknya. Saya sungguh malu, menyesal dan kecewa pada diri saya sendiri. Tapi nasi telah menjadi bubur, semua telah terjadi. Setelah kejadian itu, selama berhari-hari, hidup dalam keputusasaan, saya sempat berpikir untuk bunuh diri aja,” ucapnya sambil terisak pilu.

Lanjutnya, “Dalam keadaan bingung, saya berjalan-jalan tak tentu arah. Suatu hari, langkah saya terhenti di depan sebuah toko buku, mata saya nanar melihat buku 18 Wisdom & Success yang dipajang di rak. Di cover buku ada tulisan 'Hidup adalah tanggung jawab! Dari pada berani mati secara pengecut, jauh lebih baik berani hidup secara ksatria, maka hidup kita akan lebih bernilai.' Langsung saya beli buku itu. Di rumah saya baca berulang kali cerita ke 14, yang ada di halaman 157. Judulnya, 'Pengecut Mau Bunuh Diri'. Tiba2 pikiran saya tersentak laksana dihantam palu. Timbul kesadaran baru, tetapi juga takut dan meragukan diri sendiri, jangan2 kesadaran ini hanya sementara dan kemudian penyakit lama untuk berjudi muncul lagi? Setelah berpikir ulang, saya memberanikan diri menelepon alamat yang tertera di sampul belakang buku 18 Wisdom & Success untuk meminta saran dan peneguhan dari si pengarang buku, Pak Andrie Wongso”.

Akhirnya saya pun memberitahu kepada anak muda ini, “Z, kamu harus bertanggung jawab atas semua perbuatanmu! Jangan coba2 bunuh diri, itu sifat pengecut! Kamu tidak berhak membunuh dirimu sendiri! Yang punya hak mengambil nyawamu adalah Tuhan. Orangtua kamu pantas dan berhak marah serta kecewa kepada kamu. Kamu harus minta maaf! Mintalah ampun kepada mereka dan mohon diberi kesempatan lagi. Jika permintaanmu itu tidak digubris pun, kamu harus tetap sabar. Ubah sikap hidupmu! Pelan atau cepat namanya juga orangtua, jika melihat perubahan kehidupan kamu, mereka pasti akan luluh. Apapun yang terjadi kamu harus sabar, sabar, sabar, dan bertanggung jawab! Buang pikiran untuk bunuh diri, bisa? Ingatin terus ya, sepotong tulisan di cover buku 18 Wisdom & Success itu, ‘Daripada berani mati secara pengecut, jauh lebih baik berani hidup secara ksatria!’ Buktikan kamu bisa berubah dan menjadi anak yang membanggakan. Dan untuk menguatkan tekadmu, jangan lupa untuk berdoa. Ok?”

Hening di seberang. Kali ini Z menjawab,“Ya, Pak Andrie, terima kasih....” katanya sambil terisak-isak. Setelah itu, ia menutup pembicaraan.

Beberapa minggu setelah itu, di kantor, saya menerima telpon lagi dari Z. Kali ini suaranya begitu renyah dan mantap.

“Pak Andrie, terima kasih ya atas motivasinya waktu itu,” katanya. “Sekarang saya sudah berubah total dan mendapatkan kepercayaan dari orangtua saya, saya sudah bebas dari berjudi. Saya telah memulai usaha baru. Doakan semoga saya berhasil sukses ya, Pak. Kapan2 saya boleh telpon lagi ya? Di sini saya tunggu buku bapak yang baru. Sekali lagi, terima kasih.”

Saya jawab: “Selamat ya, kamu telah bangkit! Yang konsisten ya! Selama saya ada di kantor dan ada waktu luang, pasti saya terima telepon kamu. Bagi saya, senang bisa ada kesempatan membantu orang lain. OK, selamat berjuang!”

Salam sukses luar biasa!

Sumber : Andrie Wongso ( Motivator Indonesia )

Pemijat Tunanetra

Di sela-sela kesibukan saya, kegiatan olahraga selalu menjadi bagian yang paling menyenangkan. Saya menggeluti kungfu, catur, dan golf, sedangkan badminton merupakan olahraga kesukaan yang masih saya lakukan hingga saat ini. Suatu hari, entah karena kurang pemanasan atau terlalu ngotot memukul si bulu angsa, pangkal lengan saya cedera sehingga harus berhenti bermain beberapa saat untuk pemulihan. Saya sibuk mencari tukang pijat agar cepat pulih dan bisa bermain lagi. Oleh seorang teman, direferensikan seorang pemijat tunanetra. Dan atas kebaikan si teman, si pemijat pun diantar ke rumah.

Di perkenalan singkat, dia menyebut namanya Junaedi. Dan segera jari2 tangannya mulai beraksi dengan sangat terampil.

Tiba-tiba Junaidi bertanya, "Maaf Pak, bener ya Pak Andrie ini yang Pak Andrie Wongso itu? Eh maaf, maksud saya yang motivator itu?"

Saya terbahak sambil mengiyakan. "Tahu nama saya dari mana, Mas?" tanya saya.

"Saya sering denger bapak di radio Smart FM. Bagus sekali, Pak. Tolong tanya Pak, arti sesungguhnya motivasi itu apa sih?"

"Motivasi terdiri dari dua kata, motif dan aksi. Untuk bisa berhasil, orang harus punya tujuan yang jelas dan beraksi, bertindak, bergerak menuju tujuan yang diinginkannya," jawab saya.

Si pemijat bertanya lagi, "Orang tunanetra seperti saya, apakah bisa sukses Pak?"

"Bisa! Ukuran sukses setiap orang kan berbeda-beda. Mas Junaedi sebagai pemijat, tujuan utama adalah memuaskan pelanggan yang dipijat. Setiap kali memijat, kerjakan dengan suka cita. Beri layanan yang terbaik kepada setiap pelanggan. Entah nanti diberi imbalan berapa pun, syukuri dan nikmati itu. Targetnya sehari mijat berapa orang Mas Jun?"

"Yah..., kalau bisa sekitar enam orang, Pak."

"Hitung saja, kalau enam pelanggan @Rp50.000, berarti penghasilan Mas Junaedi ini sudah melebihi gaji karyawan kantoran lho," kata saya. "Dan jika pelanggan puas, selain dia akan tetap menjadi pelanggan, biasanya dia juga akan memberitahu ke teman2 atau saudara. Dengan demikian rezeki dari Tuhan pasti akan terus berlimpah."

Mas Jun mengangguk-anggukkan kepala dengan gembira mendengar uraian motivasi sederhana itu, sambil tangannya tidak berhenti memijat. Setelah selesai, dia memberi nomor HP-nya dan tak lama kemudian tukang ojek langganannya datang menjemput.

Teman2 yang luar biasa!
Junaedi yang tunanetra adalah salah satu contoh dari sekian banyak orang yang punya cacat fisik tetapi mampu hidup mandiri. Sayangnya, banyak di antara kita yang memiliki fisik yang lengkap dan sehat tetapi tidak mampu hidup mandiri. Setiap hari, lebih banyak menghabiskan energi untuk menggerutu dan mengeluh.

Maka, begitu penting sikap mental kita dalam mengarungi kehidupan ini. Jika kita bisa bersyukur dengan kelemahan yang kita miliki dan bisa mengembangkan kekuatan yang kita punyai, walau tidak menjadi orang yang kaya raya, yang penting kita telah menjadi manusia yang bertanggung jawab atas kehidupannya sendiri. Hidup demikian adalah hidup yang bernilai bagi diri sendiri dan di mata Tuhan.

Salam sukses luar biasa!!!


Sumber : Andrie Wongso ( Motivator Indonesia )